Refleksi Karut Marut Hulu Migas dalam Target Lifting 2024
Sultan Ibnu Affan
17 August 2023 09:15
Bloomberg Technoz, Jakarta – Makin anjloknya target produksi minyak dan gas bumi (migas) siap jual atau lifting dalam asumsi makro 2024 dinilai sebagai cerminan problem klasik yang tidak kunjung terselesaikan di sektor pertambangan hulu migas.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, jika ditarik ke akar masalah, target lifting yang terus turun dipicu oleh lapangan-lapangan migas di Indonesia yang mayoritas sudah tua (mature). Migas adalah sumber energi berbasis fosil. Praktis, kian tua ladangnya, produksinya pun makin merosot.
“Artinya, kalau hanya mengandalkan sumur-sumur yang eksisting, produksi [migas] makin lama ya akan makin turun. Untuk mengompensasinya, harus dilakukan penemuan cadangan baru melalui eksplorasi. Dengan demikian, ketika sumur-sumur tua produksinya turun, sumur-sumur baru bisa ditingkatkan sebagai pengganti. Idealnya demikian,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (16/8/2023) malam.
Permasalahannya, biaya eksplorasi tidak murah. Dibutuhkan minimal US$15 miliar (sekitar Rp230,53 triliun) investasi hulu migas per tahun, yang tidak mungkin ditanggung seluruhnya oleh pemerintah melalui PT Pertamina (Persero).
“Umumnya kita berkolaborasi dengan swasta, termasuk Kadin [Kamar Dagang dan Industri] dan investor asing, terutama Amerika Serikat. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, mereka banyak yang pergi dari Indonesia, kemudian [kontraknya] tidak diperpanjang dan [lapangannya] diserahkan kepada BUMN. Sementara itu, BUMN ini kemampuan finansialnya terbatas, harus dibagi-bagi mulai dari hulu di kilang, sampai hilir di BBM dan gas komersial,” jelasnya.