Logo Bloomberg Technoz

Jokowi Tak Suka Sebutan Pak Lurah, Elite PDIP Nilai Tak Penting

Pramesti Regita Cindy
17 August 2023 02:00

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, Rabu (16/8/2023). (Foto Parlemen/ Faisal)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, Rabu (16/8/2023). (Foto Parlemen/ Faisal)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Politikus senior PDIP yang juga Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon menilai, panggilan "pak Lurah" memang biasa disematkan kepada sosok presiden di Indonesia. Bahkan kata dia sejak zaman Orde Baru. Oleh karena itu hal tersebut dia nilai seharusnya tak penting dibahas oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka pidatonya di Sidang Tahunan MPR.

"Hampir semua dari zaman ke zaman sampai ke Orde Baru, kalau kita menyebut istilah presiden itu lurah, bukan maksudnya hanya ke beliau. Lurah itu selalu digunakan salah persepsi hanya guyon kecil, dan itu tidak terlalu penting," kata Effendi Simbolon di gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Effendi mengatakan, pidato Jokowi kali ini juga kurang greget dan kurang lepas. Padahal setelah 9 tahun memimpi seharusnya Presiden Jokowi bisa lebih lepas dan memiliki gaya komunikasi yang lebih tanpa beban.

"Beliau mengawali, menyampaikan apa yang ada dalam perasaannya. Dia menyampaikan ini adalah tahun politik sehingga suasananya hangat-hangat kuku gitu dan kemudian tapi dari kalimat-kalimat lanjutannya, terasa ada yang ingin dia sampaikan termasuk soal umpatan yang melebihi dari nilai-nilai keindonesiaan, kepatutan," kata dia.

Diketahui, mengawali pidatonya di Sidang Tahunan MPR dan Sidang BersamA DPR-DPD, Jokowi menyampaikan soal hal yang politis dan sebutan pak lurah.