“Kami berharap dapat mengambil keuntungan, meskipun kami akan mempertahankan fokus kami hanya mengekspor varietas bermutu tinggi,” kata Ye Min Aung.
Myanmar sebelumnya masuk dalam jajaran negara dalam kondisi kerawanan pangan. Hal tersebut dipicu ketidakstabilan politik dalam negeri sejak kudeta militer pada 2021, dan kebijakan ekspor beras sendiri dirancang untuk mengamankan pasok domestik.
Meski penjualan beras kualitas tinggi bisa mencapai US$700/ton dibandingkan beras medium yang hanya US$300-400, kata Ye Min Aung, namun Myanmar memang memiliki fokus pasar negara-negara kaya.
Myanmar sejauh ini memperoleh devisa dari ekspor beras US$800 dalam dua tahun sebelumnya. Mayoritas negara pembeli adalah China, Filipina dan Belgia. Departemen Pertanian Myanmar masuk dalam peringkat keenam negara eksportir beras terbesar tahun lalu.
(bbn)