Menurunnya nilai transaksi merupakan konsekuensi dari strategi GOTO dalam mewujudkan misi menjadi perusahaan yang profit. Jacky Lo, Direktur Keuangan GOTO menyatakan, “kami telah mencapai kemajuan dalam metrik profitabilitas utama kami selama enam kuartal berturut-turut seiring dengan pengurangan insentif dan program pemasaran produk yang tidak produktif, sambil tetap fokus pada konsumen profitabel kami.”
Patrick Walujo, Direktur Utama baru GOTO juga menyatakan pencapaian kinerja hingga akhir semester I-2023 ini cermin dari upaya perusahaan mencapai EBITDA positif pada akhir tahun.
Dalam catatan keuangan terbaru, pendapatan bruto, termasuk insentif mitra atau promosi, terhitung naik 6% menjadi Rp5,83 triliun pada kuartal kedua ini. Pendapatan bersih secara grup pada periode yang sama lebih baik 87% menjadi Rp3,55 triliun.
Namun dalam enam bulan mengalami pertumbuhan 10% menjadi Rp11,8 triliun, dengan hasil pendapatan bersih lebih tinggi 102% menjadi RP6,88 triliun. “Pendapatan meningkat dibanding tahun sebelumnya sebagai hasil dari meningkatnya monetisasi di seluruh lini bisnis kami, dengan take rate grup mencapai 4,1%, atau meningkat 40 bps [0,4%] dari tahun sebelumnya,” Lo menambahkan.
Raihan EBITDA yang disesuaikan GOTO selama kuartal kedua -Rp1,2 triliun, lebih baik dari periode yang sama tahun lalu yaitu -Rp4,32 triliun. Dalam enam bulan EBITDA yang disesuaikan juga masih minus, tepatnya -Rp2,8 triliun. Alhasil perusahaan masih mengakumulasi rugi bersih Rp3,3 triliun selama periode April hingga Juni 2023, dan merugi Rp7,21 triliun untuk periode enam bulan.
Hasil pendapatan bersih dikurang beban pokok pendapatan, atau margin kontribusi GOTO pada kuartal kedua mencapai Rp1,04 triliun, setelah pada posisi sebelumnya tercatat -Rp2,02 triliun. Catatan margin kontribusi dalam enam bulan juga positif Rp1,68 triliun, dimana tahun lalu -Rp4,56 triliun.
Nathan Naidu, Analis Bloomberg Intelligence telah memprediksi margin kontribusi GOTO pada kuartal kedua tetap positif usai raihan perdananya di awal kuartal 2023. Meski demikian, lanjut Nathan, transaksi kotor GOTO melambat efek dari pengeluaran diskresioner yang melemah di samping bertumbuhnya bisnis pesaing, TikTok Shop.
Sementara margin kontribusi perusahaan terus berkembang efek kenaikan permintaan pengiriman makanan. Nathan menegaskan bahwa GOTO mungkin masih tetap pada jalur yang tepat untuk mewujudkan BEP —dengan patokan EBITDA yang disesuaikan— pada akhir kuartal IV. karena kami memperkirakan risiko ini akan mereda pada semester kedua, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
(wep/dba)