Tahun lalu, BPS mencatat inflasi domestik ada di 5,51%. Memang di bawah inflasi dunia, tetapi menjadi yang tertinggi sejak 2014.
“Inflasi tetap perlu menjadi perhatian karena mengganggu daya beli masyarakat,” tegas Margo.
Berdasarkan komponen, inflasi 2022 yang 5,51% paling tinggi disumbangkan oleh harga yang diatur pemerintah (administered prices). Tingkat inflasi komponen ini mencapai 13,34% dengan andil 2,36%.
Namun, inflasi administered price hanya bersifat sesaat (one-off). Menurut caatan BPS, ini disumbangkan oleh kenaikan harga BBM, bahan bakar rumah tangga (gas Elpiji), tarif angkutan udara, dan tarif angkutan kota. Dampaknya akan mereda dalam jangka pendek.
Adalah komponen lain yang agak meresahkan adalah harga bergejolak. Di dalamnya didominasi oleh makanan, sehingga sering disebut volatile foods. Pada 2022, inflasi komponen ini tercatat 5,61% dengan andil 0,95%.
Bagaimana dengan awal tahun ini? Apakah sejauh ini sudah ada pertanda inflasi makanan bakal meninggi?
Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), ada sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga dalam sebulan terakhir. Misalnya cabai merah keriting, harga rata-rata nasional di pasar tradisional per 6 Februari 2023 adalah Rp 43.400/kg. Dalam sebulan terjadi kenaikan 1,28%.
Kemudian bawang merah ukuran sedang harganya pada 6 Februari 2023 adalah Rp 42.750/kg. Naik 7,41% dibandingkan sebulan lalu.
Harga bawang putih juga naik, walau lebih terbatas. Per 6 Februari 2023, harga komoditas ini adalah Rp 30.200/kg. Naik 3,07% selama sebulan terakhir.
Komoditas lain yang mengalami kenaikan harga adalah gula pasir lokal. Pada 6 Februari 2023, harganya adalah Rp 14.450/kg. Naik tipis 0,35% dalam sebulan ke belakang.
Harga gula pasir premium juga naik tipis. Dalam sebulan terakhir, terjadi kenaikan harga 0,32%.
Beras, komponen pangan terpenting di Indonesia, tidak luput dari kenaikan harga. Pada 6 Februari 2022, harga beras medium ada di Rp 13.000/kg. Dalam sebulan terakhir, harga naik hampir 2%.
Jadi, sepertinya Indonesia masih harus bersiaga. Jika inflasi, terutama kelompok bahan makanan, terlalu tinggi maka akan sangat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Ketika daya beli terpukul, maka ekonomi akan sulit tumbuh tinggi. Maklum, konsumsi rumah tangga masih menyumbang separuh dari ‘kue’ ekonomi nasional.
(aji)