Kemudian market cap atas Straits Times Index STI atau Bursa Saham Singapura US$377,12 miliar (Rp5.848 triliun) dan FTSE Bursa Saham Malaysia KLCI Index US$234,56 miliar (Rp3.637 triliun).
Sementara berdasarkan data IMF, Thailand membukukan angka PDB sebesar US$536,16 miliar, kemudian Singapura mencatatkan US$466,79 miliar dan Malaysia US$407,92 miliar. Dengan demikian, rasio market cap terhadap PDB-nya adalah 109%, 80%, dan 57%.
Akan tetapi, Indonesia menjadi negara dengan PDB tertinggi se-ASEAN pada 2022, melansir data yang diterbitkan oleh IMF dengan raihan US$1,32 triliun. Angka tersebut melewati pencapaian PDB peringkat kedua, Thailand, yang mencapai US$536,16 miliar. Menyusul Singapura dan Malaysia.
Daftar lengkap PDB negara ASEAN pada 2022 berdasarkan data IMF.
No | Negara | PDB |
1 | Indonesia | U$1,32 T |
2 | Thailand | US$536,16 M |
3 | Singapura | US$466,79 M |
4 | Malaysia | US$407,92 M |
5 | Vietnam | US$406,45 M |
6 | Filipina | US$404,26 M |
7 | Myanmar | US$56,76 M |
8 | Kamboja | US$28,54 M |
9 | Brunei Darussalam | US$16,64 M |
10 | Laos | US$15,53 M |
Sumber: IMF, data PDB 2022
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tahun 2022 yang diperhitungkan berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp71,0 juta atau US$4.783,9.
Ekonomi Indonesia tahun 2022 berhasil tumbuh sebesar 5,31%, lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian tahun 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,70%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan mencapai 19,87%.
Adapun kapitalisasi pasar di BEI, pada perdagangan 2022 mencapai Rp9.499,1 triliun, meningkat 15,06% yoy. Sejalan dengan kinerja positif IHSG dalam setahun naik 4,09%.
Pertumbuhan kinerja pasar modal turut didukung oleh likuiditas perdagangan yang relatif tumbuh positif, baik dari sisi nilai, frekuensi dan juga volume transaksi perdagangan.
Faktor Rendahnya Market Cap Terhadap PDB
Menelaah lebih jauh terkait rasio kontribusinya market cap pasar modal Indonesia yang saat ini tergolong kecil. Ada beberapa faktor yang menjadi sebabnya, salah satunya adalah literasi keuangan pada sektor jasa keuangan di pasar modal yang masih minim.
Adapun berdasarkan data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK pada 2022 mencatat literasi keuangan berdasarkan sektor jasa keuangan di pasar modal hanya 4,11%, sementara tingkat inklusi pasar modal 5,19%.
Jumlah literasi dan inklusi tersebut erat kaitannya dengan jumlah investor pasar modal, yang pada muaranya akan mengarah ke pada likuiditas yang rendah. Namun, angka tersebut terus digencarkan oleh BEI di mana pertumbuhan jumlah investor telah meningkat lebih dari 4 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.
Saat ini, jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 11,46 juta berdasarkan data Juli 2023.
Faktor lain yang menarik dicermati adalah tingkat kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan, kepastian hukum dan stabilitas ekonomi.
Faktor selanjutnya terdapat pada kualitas dan juga jumlah emiten. Hanya kisaran 30 saham saja yang mendominasi market cap pasar modal Indonesia secara keseluruhan. Berbeda dengan negara lainnya yang turut diisi oleh banyak emiten, juga dengan emiten yang punya bisnis luas dan secara global.
Sementara jumlah emiten di BEI baru mencapai 890 saham. Berbeda halnya negara lain yang jumlahnya sudah mencapai ribuan.
Untuk itu, sejumlah strategi telah dijalankan lewat lima pilar pengembangan pasar modal. Yaitu akselerasi pendalaman pasar, akselerasi program yang berkaitan dengan keuangan berkelanjutan, penguatan peran pelaku industri, peningkatan perlindungan konsumen, dan memperkuat layanan keuangan digital.
Adapun Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman mengakui masih terus melakukan upaya pengembangan demi menjaga arus modal di pasar dalam negeri. Iman masih optimis proyeksi pertumbuhan perekonomian Indonesia yang positif memberi efek baik pada kinerja pasar modal secara keseluruhan.
Begitu juga dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga akan memprioritaskan peningkatan integritas, akuntabilitas, dan kredibilitas guna memacu pertumbuhan investor dalam negeri yang dinilai masih sangat prospektif.
(fad/aji)