Nilai surplus Juli menurun US$ 2 miliar dari bulan sebelumnya dan lebih kecil ketimbang proyeksi konsensus analis Bloomberg yang memperkirakan surplus sebesar US$ 2,58 miliar.
"Masa rezeki runtuh komoditas kita sudah berakhir," kata Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala Badan Pusat Statistik dalam konferensi pers hari ini.
Surplus yang terus mengecil itu akan semakin membebani nilai tukar rupiah yang saat ini sudah terlanjur kekurangan sokongan modal asing seiring berlangsungnya aksi jual di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar saham.
Di sisi lain, kebijakan repatriasi devisa hasil ekspor RI yang mulai berlaku 1 Agustus lalu belum mampu memberi dukungan pada penambahan suplai dolar AS di pasar domestik.
Berdasarkan data Bank Indonesia yang dikompilasi oleh Bloomberg Technoz, sejak penerapan kewajiban penempatan devisa hasil ekspor 1 Agustus sampai lelang terakhir digelar 10 Agustus lalu, total nilai penawaran masuk dalam lelang TD valas DHE yang digelar oleh Bank Indonesia, termasuk rollover, mencapai US$161,25 juta, sekitar Rp2,45 triliun.
Lelang pada 8 dan 10 Agustus lalu mencatat minat cukup tinggi dengan nilai penawaran masuk di atas US$50 juta dengan tenor favorit adalah term deposit 1 bulan dan 3 bulan. Bank Indonesia menawarkan rate atau bunga mulai kisaran 5,39% untuk tenor 1 bulan hingga 5,44% untuk tenor 3 bulan.
Dalam gelar lelang TD valas DHE sejak awal Maret, Bank Indonesia hampir selalu menyerap semua penawaran yang masuk dari perbankan.
Pada bulan pertama gelar lelang TD Valas DHE, BI berhasil menarik valas total sebesar US$294,8 juta, lalu memuncak hingga US$343 juta di bulan April, kemudian menurun pada Mei. Dua bulan terakhir, Juni-Juli, lelang berhasil menarik antara US$234 juta hingga US$292 juta, sekitar Rp4,43 triliun.
-- dengan laporan dari Krizia P. Kinanti.
(rui)