Sebagai informasi per akhir Juni 2023, komposisi pemegang saham BNI adalah 60,0% Pemerintah Negara Republik Indonesia, 26,1% investor institusi asing, 9,1% investor institusi domestik, dan 4,8% investor ritel.
Secara terpisah, Head of Research Team and Strategist Mirae Asset Robertus Hardy mengungkapkan, pemecahan saham BNI tidak akan berdampak signifikan. Hal ini karena PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang lebih dulu melakukan aksi serupa tidak ada pergerakan yang signifikan.
“Balik lagi ke fundamental, stock split tidak berpengaruh ke fundamental, karena juga tidak bisamenaikkan laba bersihnya juga,” kata Robert di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Sentimen stock split sejauh ini memang tidak mempengaruhi pergerakan harga secara signifikan. Harga saham BBNI hingga siang ini kehilangan 50 poin atau setara 0,54% ke level Rp9.150/saham.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (15/8/2023), harga saham bahkan sempat menyentuh level terendah harian di level Rp9.100/saham. Meski demikian, harga sempat berada di level tertinggi Rp9.225/saham.
Pergerakan itu tercapai usai sebanyak 12,07 juta saham BBNI ditransaksikan. Nilai transaksi mencapai Rp110,65 miliar dengan frekuensi sebesar 4.374 kali.
Dengan posisi itu, harga saham BBNI masih terdiskon 19,13% dari target harga konsensus analis yang dihimpun Bloomberg. Adapun target harga untuk satu tahun ke depan ada di level Rp11.284/saham.
Sebanyak 34 analis dalam konsensus merekomendasikan buy saham BBNI. Rekomendasi ini diperbarui pada 10 Agustus 2023, satu hari sebelum pengumuman stock split pada 11 Agustus 2023. Hanya dua analis yang memberikan rekomendasi hold, dan tidak ada yang merekomendasikan jual.
(mfd/dhf)