Langkah penerapan tarif besar untuk aluminium juga merupakan kelanjutan dari upaya AS dan Eropa untuk menumpulkan peran Rusia sebagai pemain komoditas energi dunia.
Eropa saat ini telah melarang impor minyak, gas, dan bahan bakar Rusia sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungannya pada Moskwa. Sejauh ini, tidak ada indikasi bahwa mereka sedang merencanakan langkah serupa pada aluminium Rusia.
Pasar AS
Rusia, produsen aluminium terbesar di dunia setelah China, telah menjadi sumber yang signifikan untuk pasar AS. Pembeli dari industri AS mencakup pelaku usaha sektor bangunan dan konstruksi hingga otomotif.
Tarif yang begitu tinggi akan secara efektif mengakhiri impor logam AS dari Rusia, yang secara tradisional menyumbang 10% dari total impor aluminium AS.
Pada saat Gedung Putih mempertimbangkan tindakan terhadap aluminium Rusia, industri di AS telah mendiskusikan potensi pasokan alternatif bila itu diberlakukan.
Mereka dalam beberapa bulan terakhir telah mencoba memperkirakan ke mana logam Rusia akan pergi jika tiba-tiba diblokir dari pasar AS serta Eropa. Mereka berspekulasi aluminium dapat dikirim melalui China atau negara lain dan diekspor kembali.
Asosiasi Aluminium, sebuah kelompok perdagangan yang mewakili industri di AS, mengatakan pada Senin (06/02/2023) bahwa industri aluminium mendukung setiap dan semua upaya yang dianggap perlu oleh pemerintah AS dan sekutu NATO-nya untuk mengatasi invasi Rusia.
“Ini adalah bencana keamanan dan kemanusiaan global yang jauh melampaui kepentingan industri mana pun,” ujar mereka.
(bbn)