Yayasan ataupun Musk tidak memberi komentar.
Sebuah proyek gabungan antara departemen ekonomi University of Texas dan Pusat Penelitian Populasi ( Population Research Center/PRC), dengan mempekerjakan sekelompok ekonom, sosiolog, filsuf, dan ilmuwan bidang populasi.
Seorang asisten profesor ekonomi di UT Dean Spears, jadi pemimpin penelitian ini. Mark Budolfson, seorang anggota fakultas di Rutgers University, ditunjuk sebagai asisten direktur dan “koordinator untuk filsafat”. Mereka telah menerbitkan artikel di jurnal yang ditinjau oleh sesama ilmuwan tentang utilitarianisme, kesuburan, dan perubahan iklim.
Spears dan Budolfson juga telah mempublikasikan penelitian tentang altruisme, filosofi filantropi, yang sedang populer di Silicon Valley, termasuk Musk. Spears menolak bercerita ini dan mengarahkan pertanyaan kepada juru bicara kampus. Budolfson tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dikirim.
Khawatir akan kesuburan
Musk, yang merupakan ayah dari setidaknya 10 anak, mengatakan proyeksi PBB tentang pertumbuhan populasi sebagai “omong kosong”. Ia mendukung pencabutan hak orang yang tidak memiliki anak dan memuji manfaat memiliki anak.
Pada 2021, tahun pemberian donasinya, ia menyebut keruntuhan populasi sebagai “risiko terbesar bagi masa depan sebuah peradaban.” Beberapa dari 20 penelitian yang dihasilkan PWI menggemakan sentimen Musk. Beberapa makalah berfokus pada masalah penurunan tingkat kesuburan, termasuk buku putih dengan topik tersebu dan terbit pada tahun yang sama.
Makalah juga menggelorakan kembali “longtermism,” sebuah cabang altruisme efektif yang berfokus pencegahan hal-hal yang dapat menyebabkan peradaban runtuh.
Salah satu makalah tersebut menunjukkan bahwa manusia mungkin akan amat khawatir karena tingkat kesuburan yang menurun. Ada juga makalah tentang topik lain, seperti kesejahteraan hewan.
Dua makalah terbaru dari para peneliti PWI— satu tentang tingkat kesuburan yang rendah di India dan satu lagi tentang kesejahteraan hewan— memuji Musk Foundation yang telah mendukung PRC, pihak yang berafiliasi dengan PWI. Seseorang yang secara langsung mengetahui penelitian tersebut mengatakan bahwa penelitian tersebut didukung oleh PWI.
Tidak jelas bagi para akademisi di bidang ini apa yang ingin dicapai oleh Musk dengan donasi tersebut. Musk memiliki sekitar 153 juta pengikut di X (dulu bernama Twitter), platform seharga US$44 miliar milik dia.
“Elon Musk memiliki suara lantang di Twitter," kata Laura Lindberg, seorang profesor di Rutgers School of Public Health yang menghadiri konferensi kesuburan selama dua hari yang diadakan oleh PWI pada bulan Oktober. “Pada akhirnya, hal itu mungkin akan memiliki dampak yang lebih besar daripada sebuah makalah di jurnal akademis."
Konferensi PWI pada Oktober lalu didanai oleh Musk, menurut ahli demografi Leslie Root, dan dua orang lainnya yang hadir. PWI tidak mengungkapkan keterlibatan Musk kepada para akademisi yang diundang, yang terbang dari seluruh seluruh negara. kata Root, meskipun Spears mengonfirmasi keterlibatan Musk saat ia menanyakannya.
Root bukan pendukung Musk soal kesuburan. Root mengatakan bahwa banyak peserta yang hadir terkejut saat mengetahui bahwa orang terkaya di dunia itu berada di balik acara. Beberapa peneliti akademis yang diwawancarai oleh Bloomberg mengatakan bahwa mereka tidak meragukan integritas staf PWI akan penelitian kesuburan secara keseluruhan, meskipun mereka bilang tidak nyaman dengan keterlibatan Elon Musk.
-Dengan asistensi Sean O'Kane.
(bbn)