Logo Bloomberg Technoz

Di bursa Hong Kong, harga saham Country Garden anjlok akhir pekan lalu, sempat mencapai minus 14%. Harga saham perseroan jatuh sekitar 70% dari posisi puncaknya Januari lalu, dan kini dihargai kurang dari HK$ 1.

Sumber: Bloomberg

Jangan lupa, China juga adalah rumah bagi perusahan properti dengan utang terbanyak di dunia. Namanya adalah China Evergrande Group.

Pada 2022, utang Evergrande mencapai US$ 340 miliar. Dengan asumsi US$ 1 setara Rp 15.323 seperti kurs acuan Bank Indonesia 14 Agustus, maka utang Evergrande ekuivalen Rp 5.209,82 triliun.

Di level regional, tidak sedikit pemerintah daerah di China yang juga default dalam pembayaran kupon obligasi. Mayoritas daerah di China memiliki rasio utang terhadap penerimaan lebih dari 120%. Besar pasak daripada tiang.

Sumber: Bloomberg

Perusahaan milik negara atau BUMN di China pun dipenuhi utang. Mengutip riset S&P Global berjudul China’s SOEs are Stuck in a Debt Trap yang diterbitkan pada September 2022, sebanyak 6.363 korporasi di negara tersebut memiliki total utang US$ 15,6 triliun (Rp 239.038,8 triliun). Dari jumlah tersebut, sekitar 76% ditanggung oleh BUMN.

“Berdasarkan skenario dasar (base case), 13% dari perusahaan di China akan mengalami arus kas negatif pada 2023, naik dibandingkan 2021 yang 9%. Dalam skenario terburuk, angkanya bisa mencapai 28%,” ungkap riset S&P.

Sumber: S&P Global

Demi Pertumbuhan Ekonomi

Gelembung utang di China saat ini bisa dibilang adalah warisan masa lalu. Pada dekade 2000-an, ekonomi China tumbuh tinggi, rata-rata lebih dari 10%. Pada dekade 2010-an, pertumbuhan ekonomi tetap tinggi meski melambat di kisaran 7%.

Investasi memegang peranan penting dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) China dari sisi pengeluaran. Pada 2020, rata-rata sumbangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap PDB adalah 40,18%. Pada dekade berikutnya meningkat menjadi 44,4%.

Kontribusi investasi terhadap PDB di China adalah yang tertinggi di dunia.

Sumber: Bank Dunia

Michael Pettis, Profesor Keuangan di Guanghua School of Management, dalam risetnya yang berjudul Can China Long-Term Growth Rate Exceed 2-3 Percent? menyatakan tumpukan utang China tidak lepas dari fenomena ini.

“Dengan pesatnya investasi di berbagai proyek yang memiliki keuntungan ekonomi lebih kecil ketimbang biayanya, beratnya beban utang di China adalah konsekuensi langsung dari investasi yang sangat tinggi,” sebut Pettis dalam riset terbitan April 2023 tersebut.

Celakanya, lanjut Pettis, pertumbuhan ekonomi ternyata kalah cepat ketimbang pertumbuhan utang.

“Ketika investasi produktif dibiayai dengan utang, maka kontribusi investasi tersebut melampaui peningkatan utang. Namun kala investasi itu tidak lagi produktif, maka utang akan meningkat lebih cepat ketimbang kontribusi investasi tersebut terhadap PDB,” jelasnya.

Total utang China (meliputi rumah tangga, korporasi, dan pemerintah) mencapai 281,5% terhadap PDB pada kuartal II-2023, menurut kalkulasi Bloomberg berdasarkan data bank sentral dan Biro Statistik Nasional. Naik dibandingkan kuartal sebelumnya yang 279,7%.

Sumber: Bloomberg

Dibayangi oleh ‘awan mendung’ utang, ekonomi China dinilai sulit tumbuh setinggi dulu. Bahkan ada yang memperkirakan China bakal mengalami hal serupa dengan Jepang, stagnasi ekonomi.

“China menunjukkan pola yang sama seperti stagnasi ekonomi di Jepang pada 1990-an. Harga aset yang turun drastis membuat sektor swasta harus menurunkan ekspansi demi membayar utang, yang pada gilirannya menghambat konsumsi dan investasi,” terang Richard Koo, Kepala Ekonom Nomura Research Institute, sebagaimana diberitakan Bloomberg News.

Melihat utang yang semakin mengancam, pemerintah China kemudian memulai kampanye deleveraging pada 2017. China pun berupaya meningkatkan peranan konsumsi domestik dalam perekonomian, untuk mengurangi risiko utang. Hasilnya, ekonomi China melambat, hampir mustahil untuk mencapai pertumbuhan dua digit dalam waktu dekat.

“Namun pergeseran ini tidak akan mudah, karena ada pertimbangan politis. Selama 2 dekade, investasi tumbuh lebih cepat dari PDB, dan PDB tumbuh lebih cepat ketimbang konsumsi. Hubungan ini harus dibalik, konsumsi harus tumbuh lebih cepat dari PDB dan PDB harus tumbuh lebih cepat dari investasi. Itulah definisi penyeimbangan ulang (rebalancing),” papar Pettis.

Mulai Terlihat di Indonesia

Apa yang terjadi di China sepertinya mulai terlihat di Indonesia. Sejumlah BUMN, terutama BUMN karya, terlilit utang akibat pengerjaan proyek-proyek penugasan pemerintah, demi mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Misalnya PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Berdasarkan laporan keuangan semester I-2023, WKST membukukan total kewajiban mencapai Rp 84,31 triliun di mana sebesar Rp 22,79 triliun adalah kewajiban jangka pendek.

Adapun ekuitas perusahaan tercatat Rp 12,01 triliun. Itu menjadikan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) menjadi 701% atau mencapai 7 kali.

Sementara total aset WSKT adalah Rp 96,32 triliun per Juni 2023, turun 2% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp 98,23 triliun.

Kemudian PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WIKA). WIKA mencatat total kewajiban sebesar Rp 56,7 triliun pada semester I dengan ekuitas sebesar Rp 15,47 triliun, membuat rasio utang perseroan sebesar 366% atau 3,66 kali. Naik dari setahu sebelumnya yang 3,29 kali.

Sementara total aset WIKA tercatat sebesar Rp 72,17 triliun, turun 3,85% dibandingkan setahun sebelumnya yakni Rp75,06 triliun.

Sumber: Bloomberg

Mengutip catatan Bloomberg, 4 BUMN karya terbesar mengalami peningkatan utang lebih dari 12 kali lipat sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi RI-1 untuk periode kedua pada 2014.

“Utang yang terakumulasi di perusahaan konstruksi di Indonesia mirip dengan apa yang terjadi di negara-negara lain, seperti China. Sesuatu harus dilakukan tahun ini, agar masalah tidak melebar ke perusahaan lain seperti supplier dan vendor,” tegas John Teja, Presiden Direktur Ciptadana Sekuritas Asia, seperti dikutip dari Bloomberg News.

(aji)

No more pages