Logo Bloomberg Technoz

Masih Terapkan Predatory Pricing, Menteri UKM Tagih Janji TikTok

Yunia Rusmalina
14 August 2023 18:30

Pembawa siaran menawarkan produk melalui layanan live shopping di Social Bread, Tangerang, Kamis (3/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pembawa siaran menawarkan produk melalui layanan live shopping di Social Bread, Tangerang, Kamis (3/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menagih janji pengelola social commerce TikTok yang akan mendukung perdagangan pelaku UKM. Pasalnya pada platform milik ByteDance China ini masih menerapkan predatory pricing.

Predatory pricing mengacu pada sebuah persaingan usaha yang tidak sehat salah satunya ‘membunuh’ kompetitor dengan berbagai cara, namun lazimnya menetapkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan nilai total produksi atas suatu barang. Sebelumnya, dalam pertemuan dengan Kementerian Koperasi dan UKM TikTok menyatakan tidak melakukan bisnis lintas batas atau cross border. 

“Kita sudah mengundang TikTok dan  dia menyampaikan tidak ada cross border, tapi faktanya masih menjual produk impor, yang ada predatory pricing. Itu yang jadi concern kita,” kata Teten Masduki, Senin ( 14/07/2023).

Teten menambahkan bahwa telah ditemukan beberapa barang yang dijual di e-commerce dengan harga tidak masuk akal. Seperti harga parfum Rp100, pakaian jenis celana pendek Rp2.000. Harga jual tersebut, lanjut Teten, tidak masuk akal.

“Itu ongkos produksi di dalam negerinya aja aja pasti di atas Rp15.000. Jadi belum ada perubahan dari TikTok,” ucap dia.  Kembali, Teten contohkan bahwa ditemukan pakaian muslim dijual yang jika dihitung dengan Harga Pokok Produksi (HPP) dalam negeri, tidak akan mampu bersaing.