Menguatnya saham-saham tersebut, utamanya mengekor tren kenaikan harga batu bara acuan global yang ‘Mendidih’ mencapai 6% dalam seminggu pada harga US$144/ton. Selama sepekan terakhir, harga batu bara melesat 5,88%. Dan selama sebulan, harganya meningkat mencapai double digit, meroket 11,58%.
Kenaikan harga batu bara dunia ditopang oleh meningkatnya permintaan dari konsumen terbesar batu bara, China. Beijing menargetkan tidak ada lagi pemadaman listrik (Blackout) pada musim panas ini, walau konsumsi meningkat. Akibatnya, China menumpuk stok batu bara yang amat tinggi untuk keperluan pembangkit listrik.
Faktor kenaikan harga gas alam, turut andil dalam tren peningkatan harga batu bara. Sebab saat harga gas alam makin tinggi, maka akan ada upaya untuk mencari sumber energi utama alternatif dan batu bara adalah salah satu opsinya.
Ekspor-impor Indonesia pada Juli diperkirakan masih anjlok, terkontraksi (Tumbuh Negatif) cukup dalam. Kelesuan ekonomi global sangat berpengaruh terhadap kinerja perdagangan luar negeri Indonesia. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia Juli pada esok hari, 15 Agustus.
Konsensus yang dihimpun Bloomberg yang melibatkan 19 institusi menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekspor Juli -19,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Meski masih mencetak angka negatif, tetapi sedikit membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh -21,18% yoy.
Untuk impor, konsensus Bloomberg menghasilkan angka median proyeksi pertumbuhan Juli sebesar -15,38% yoy. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang -18,35% yoy. Dengan data tersebut, neraca perdagangan Indonesia masih berhasil mencetak surplus. Konsensus Bloomberg menghasilkan median proyeksi sebesar US$2,56 miliar.
Jika sesuai konsensus, maka surplus neraca perdagangan Indonesia akan terjadi selama 39 bulan berturut-turut. Namun surplus itu mengecil dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$3,46 miliar.
Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan ditutup di zona hijau, dengan mencatatkan kenaikan 4,31 poin atau 0,45% ke posisi 968,66.
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori positif antara lain, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) naik 10 poin ke posisi Rp238/saham, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) menguat 25 poin ke posisi Rp660/saham. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) terapresiasi 250 poin ke posisi Rp9.950/saham.
Adapun pasar saham Asia bergerak melemah pada perdagangan sore hari. Indeks Hang Seng Hong Kong drop 1,58%, indeks Strait Times Singapore melemah 1,41%, indeks Nikkei 225 drop 1,27%, indeks Kospi melesat turun 0,79% dan indeks Shanghai Composite turun 0,34%. Sementara itu, Dow Jones Index Future naik 0,18%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, kecemasan baru timbul dari China usai salah satu pengelola kekayaan (Wealth Mananger) swasta terbesar di negara itu terjadi gagal bayar pada beberapa produk dengan imbal hasil yang tinggi.
Sebanyak tiga perusahaan menyatakan pada Jumat kemarin bahwa mereka tidak menerima kupon pembayaran dari imbal hasil produk yang dikeluarkan oleh perusahaan yang terkait. Adapun pada sebelumnya, investor sudah dibuat gelisah karena khawatir akan kesehatan ekonomi dan pasar keuangan China.
Salah satu pengembang properti terbesar negara tersebut, Country Garden Holdings Co., hampir mengalami gagal bayar. Sementara itu, pinjaman yang diberikan oleh bank-bank China juga turun ke level terendah sejak 2009 silam.
(fad)