Logo Bloomberg Technoz

Jangan Terlena Jual Komoditas

Ruisa Khoiriyah
07 February 2023 10:40

Menara pemrosesan minyak dan infrastruktur milik Exxon Mobil Corp. Banyu Urip Central Processing Facility di Bojonegoro (Dimas Ardian/Bloomberg)
Menara pemrosesan minyak dan infrastruktur milik Exxon Mobil Corp. Banyu Urip Central Processing Facility di Bojonegoro (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Selain faktor domestik yaitu konsumsi rumah tangga yang menggeliat naik, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengesankan pada 2022 juga terdorong faktor keberuntungan alam. Tren kenaikan harga komoditas ekspor unggulan seperti minyak sawit alias crude palm oil (CPO), besi dan baja, juga batubara memberikan windfall dan mendongkrak kinerja ekspor serta mengantarkan terjadinya surplus neraca perdagangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada 2022, kinerja ekspor tumbuh 16,28% dan berkontribusi sebesar 24,49% dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara neraca perdagangan sepanjang 2022 mencetak surplus sebesar US$ 54,53 miliar. Khusus pada kuartal IV-2022 nilai surplus mencapai US$ 14,69 miliar atau naik 42,34%. 

“Ekspor 2022 mencatatkan windfall tapi kita bisa beri catatan bahwa harga komoditas global sudah mulai menunjukkan tren penurunan. Perlu diingat bahwa ekspor memberi andil besar sehingga ini perlu diwaspadai,” kata Margo Yuwono, Kepala BPS dalam jumpa pers, Senin (6/2/2023).

Angka ekspor tahun lalu juga turun tipis dari 2021 yang tumbuh 17,95%. Salah satu faktor pelemah ekspor adalah pembatasan ekspor batubara pada Januari dan ekspor CPO pada April-Mei 2022. Mengutip data Bloomberg, harga batubara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu sudah turun 38,31% secara point-to-point. Sementara harga minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia pada periode yang sama melemah 9,45%.

Tren penurunan harga komoditas itu diperkirakan akan terus berlanjut dan bisa mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik ke depan bila tidak diantisipasi. Pasalnya, prospek ekonomi global masih dibayangi kesuraman dengan risiko perlambatan pertumbuhan.