Senin kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data PDB Indonesia. Ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan 5,31% pada 2022. Khusus pertumbuhan kuartal IV-2022 5,01% YoY atau 0,36% QoQ. Pencapaian ini cukup sejalan dengan konsensus dan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam 9 tahun terakhir.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai raihan PDB ini cukup baik. Terlebih di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Pasar keuangan juga relatif volatile.
Dalam pernyataan terbarunya, bank sentral Indonesia masih optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada pada kisaran 4,5% - 5,3%. Pertumbuhan ekonomi disokong meningkatnya mobilitas masyarakat dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Merespon hal ini Mirae memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada 2023. Pertumbuhan masih terpantau solid meski mengalami perlambatan.
“Perlambatan disebabkan oleh pengetatan moneter dan risiko terjadinya resesi global. Di sisi lain kami yakin konsumsi rumah tangga akan tetap solid didukung oleh inflasi yang lebih terkendali dan kebijakan yang akomodatif oleh BI dan pemerintah,” tulis Mirae.
Rilis cadangan devisa bulan Januari dari BI juga dinantikan investor. Sama halnya dengan laporan kinerja 2022 emiten kakap Bank BRI.
Market global memfokuskan perhatiannya pada bank sentral AS. Ada sinyal The Fed akan lebih agresif dalam mengelola laju inflasi, yang langsung direspon pasar dengan koreksi pada Bursa Saham AS di awal pekan. Tren melemah terus terjadi sejak akhir pekan lalu.
Dari Asia, investor menanti rilis data inflasi China bulan Januari. Angka terbaru akan jadi guidance ekonomi adidaya tersebut pasca pembukaan lockdown. Trimegah Sekuritas Indonesia menyatakan, jika rilis dari China positif membuat saham sektor perbankan, konsumer, dan komoditas khususnya nikel, punya prospek menjanjikan.
(wep/bbn)