Logo Bloomberg Technoz

Sedangkan, sektor saham energi kokoh di zona hijau dengan penguatan 0,64%.

Sejumlah saham-saham sektor transportasi yang menjadi pendorong pelemahan IHSG ialah, PT Utama Radar Cahaya Tbk (RCCC) yang drop 9,55%, saham PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk (KLAS) yang terkoreksi 4,17% dan saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) turun 4,05%.

Kinerja bursa di Asia hari ini kompak bergerak melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 2,28%, indeks Strait Times Singapore drop 1,78%, indeks Nikkei 225 turun 1,27%, indeks Shanghai terdepresiasi 1,02% dan indeks Kospi drop 0,91%.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) akan dirilis pada bulan ini. Hal ini berpotensi membuat Komite Pasar Terbuka (Federal Open Market Committee/FOMC) The Fed condong untuk menaikkan suku bunga meskipun sejumlah ekonom mengatakan sudah waktunya untuk berhenti.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, Inflasi inti (Core CPI) melambat menjadi 4,7% yoy, terendah sejak Oktober 2021 dari 4,8% yoy pada bulan sebelumnya, dan lebih rendah dari ramalan pasar 4,8% yoy. Adapun 90% dari inflasi disumbangkan oleh kenaikan biaya tempat tinggal (Shelter Cost) yang naik 0,4% mtm dan kenaikan 7,7% yoy.

“Meskipun secara umum terbentuk konsensus bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan mereka bulan depan, analis melihat masih ada potensi bagi Federal Reserve untuk melanjutkan kenaikan suku bunga di akhir tahun ini,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.

Kemudian, perdebatan juga terpusat pada berapa lama suku bunga akan dipertahankan pada level yang tinggi, dan beberapa pejabat tinggi Federal Reserve masih membuka diri terhadap opsi kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk menekan inflasi.

Bersamaan dengan sentimen kurang positif tersebut. investor juga melihat prospek perekonomian China yang makin drop karena sektor properti negara tersebut sedang dalam masalah, penurunan ekspor, deflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) dan IHP (Indeks Harga Produsen), seiringan juga dengan tren turunnya jumlah pinjaman bulanan ke level terendah dalam satu dekade.

"Pembiayaan agregat yang jauh lebih rendah dari perkiraan mungkin menunjukkan kondisi pinjaman yang ketat atau kurangnya permintaan, yang keduanya tidak menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan ekonomi," kata Marvin Chen, Ahli Strategi Ekuitas di Bloomberg Intelligence Hong Kong. 

(fad)

No more pages