Adapun saham-saham yang jadi rekomendasi Ajaib Sekuritas pada perdagangan hari ini adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).
Mirae Asset Sekuritas dalam Technical Insight merekomendasikan, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Sementara itu, Tim Research Phillip Securities Indonesia merekomendasikan, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO).
Pada perdagangan regional Asia, bursa saham diproyeksikan bergerak melemah. Berdasarkan data sementara ini indeks Hang Seng Hong Kong melemah 2,34%, indeks Straits Times Singapore terdepresiasi 1,62%, indeks Shanghai Composite turun 1,09%, indeks Nikkei 225 anjlok 0,97% dan indeks Kospi drop 0,92%.
Adapun indeks utama Dow Jones ditutup di zona hijau pada perdagangan sebelumnya, dengan mencatatkan kenaikan 105 poin poin atau 0,30%. Sementara indeks S&P 500 mengalami pelemahan 4,78 poin atau 0,11%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, saham Hong Kong turun sekitar 2% di awal perdagangan, dengan saham Country Garden Holdings Co. drop 12%. Indeks CSI 300, yang menjadi benchmark saham domestik China, terus melemah setelah mencatatkan pekan terburuknya sejak Maret pada Jumat kemarin, di tengah tanda-tanda penurunan ekonomi yang terus berlanjut.
Country Garden, yang pernah menjadi pengembang sektor swasta terbesar di China berdasarkan jumlah penjualan, kini menjadi sorotan karena perusahaan tersebut berisiko gagal bayar dan data ekonomi terbaru negara tersebut yang kemungkinan menunjukkan pertumbuhan yang stagnan.
Investor juga melihat prospek perekonomian negara yang makin drop karena sektor properti yang bermasalah, penurunan ekspor, deflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) dan IHP (Indeks Harga Produsen), bersamaan juga dengan tren turunnya jumlah pinjaman bulanan ke level terendah dalam satu dekade.
"Pembiayaan agregat yang jauh lebih rendah dari perkiraan mungkin menunjukkan kondisi pinjaman yang ketat atau kurangnya permintaan, yang keduanya tidak menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan ekonomi," kata Marvin Chen, Ahli Strategi Ekuitas di Bloomberg Intelligence Hong Kong.
(fad/evs)