Pejabat Dewan Keamanan Nasional Korsel Kim Tae-hyo mengatakan pada Minggu (13/8/2023) Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, dan Presiden AS Joe Biden berencana membahas langkah-langkah kerja sama untuk menanggapi ancaman nuklir dan rudal Korut saat bertemu di Camp David pada Jumat (18/8/2023).
Kyodo News of Japan melaporkan pekan lalu, ketiga negara saling berbagi informasi tentang rencana peluncuran rudal Korut agar dapat melacak roket dengan lebih baik, dan ingin meningkatkan latihan militer di antara ketiganya. Sementara surat kabar Yomiuri mengutip sejumlah orang di pemerintahan, mengatakan AS dan Jepang diperkirakan akan mengumumkan kesepakatan untuk bersama-sama mengembangkan pencegat rudal senjata hipersonik selama pertemuan tersebut.
AS dan Korsel akan memulai latihan militer bersama Ulchi Freedom Shield beberapa hari setelah KTT. Korut selama beberapa dekade dibuat geram atas latihan bersama itu, dan dalam beberapa tahun terakhir Kim telah melakukan uji coba senjata bertepatan dengan latihan militer kedua negara.
"Ini adalah hal-hal yang paling dibenci Kim Jong Un," kata Moon Seong Mook, mantan jenderal militer Korsel tentang latihan dan pertemuan puncak itu. Moon, yang kini bergabung dengan Institut Riset Korea untuk Strategi Nasional di Seoul, menambahkan Kim mungkin akan memberikan respons kuat terkait rencana latihan militer itu.
Sementara itu, rezim Kim telah menembakkan rudal dengan cepat sejak awal tahun lalu, dan mungkin berusaha mengacaukan pertemuan AS dan negara-negara sekutunya dengan provokasi militer. AS juga telah menyuarakan keprihatinan bahwa Korut memasok senjata ke Rusia dalam perang di Ukraina.
Dalam kunjungannya bulan ini, Kim mengunjungi pabrik pembuatan amunisi, termasuk beberapa peluncur roket. Mesin perang Kremlin telah membuat roket-roket itu dengan kecepatan tinggi, dan Korut memiliki sistem yang dapat dioperasikan dengan persenjataan era Soviet yang dikerahkan pasukan Putin di Ukraina.
--Dengan asistensi dari Shinhye Kang.
(bbn)