Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Sulit Lawan The Fed yang Diramal Kerek Bunga November

Ruisa Khoiriyah
14 August 2023 08:42

Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Memasuki pekan ketiga Agustus, nilai tukar rupiah terlihat masih akan menghadapi sentimen yang memberatkan peluang penguatan sejurus dengan masih tingginya ketidakpastian arah bunga acuan Amerika di sisa tahun dan kelesuan ekonomi China yang mengikis mood investor.

Meski inflasi pada Juli melandai, akan tetapi data terbaru harga produsen Amerika memperlihatkan inflasi di negeri itu masih belum sepenuhnya jinak. Hal tersebut menaikkan ekspektasi pasar bahwa bunga puncak Federal Reserve masih akan menapak sekali lagi di 25 bps pada sisa tahun ini.

Di pasar swap, para pedagang menaikkan perkiraan kenaikan bunga the Fed pada November ke 5,75% dengan probabilitas di atas 30%, sementara pada rapat the Fed bulan depan, bunga acuan diprediksi tetap di 5,5%.

Dari China, kemerosotan sektor properti negeri itu yang semakin berlanjut mengikis selera investor dari pasar saham maupun obligasi di kawasan Asia. 

Sentimen domestik juga belum memberi cukup penguatan bagi rupiah untuk melawan dominasi dolar Amerika meski beberapa rencana kebijakan diharapkan bisa mendorong laju pertumbuhan kredit di sisa tahun melalui regulasi hapus buku kredit macet sektor UMKM, juga kebijakan likuiditas makroprudensial Bank Indonesia untuk sektor-sektor prioritas.