“Kita hanya bisa jadi negara maju kalau ada persatuan Indonesia. Karena itu saya menawarkan persatuan ini harus jadi dasar tonggak bahwa kita terbuka dengan partai-partai lain,” kata Prabowo.
Ia mengatakan dirinya akan berhadapan dan bertanding dengan kontestan lain dengan rukun. “Kita bersaing dengan gagah dan ksatria. tidak akan jelek jelekkan atau cela pihak manapun.”
'Indonesia Emas'
Jokowi mengungkapkan gagasan ini 16 Juni 2023 lalu saat meluncurkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045
Poin pertama dari visi itu adalah stabilitas bangsa dan negara. “Stabilitas bangsa ini harus terjaga. Tidak ada satu negara pun yang berhasil mencapai sebuah kemakmuran saat kondisinya tidak stabil, enggak ada,” ujar Jokowi.
Kedua, keberlanjutan dan kesinambungan dalam memimpin. Jokowi menyampaikan, kepemimpinan pada sebuah bangsa ibarat tongkat estafet yang harus bersambung dan bukan dimulai dari nol pada setiap kepemimpinan.
“Kepemimpinan itu ibarat tongkat estafet, bukan meteran pom bensin. Kalau meteran pom bensin itu, ‘Pak, dimulai dari nol ya’ sama ditunjukkan ini. Apakah kita mau seperti itu? Ndak kan. Masa kayak meteran pom bensin. Mestinya kalau sudah dari TK, SD, SMP, ini ya kepemimpinan berikut masuk ke SMA, universitas. Nanti kepemimpinan berikut masuk ke S2, S3, mestinya seperti itu. Tidak maju mundur poco-poco, ndak,” ujarnya.
Selain itu, menekankan pentingnya hilirisasi industri, yang jika berhasil akan membuat ekonomi Indonesia melompat.
“Kalau hilirisasi ini berhasil, kita akan melompat. Membangun, misalnya urusan hilirisasi mineral, membangun ekosistem EV battery. Bagaimana yang dulu kita ekspor hanya mentahan, nikel ekspor hanya mentahan, bisa jadi cathode, bisa jadi prekursor, bisa jadi lithium battery,” ujarnya.
Di samping itu, orientasi pembangunan yang Indonesiasentris juga penting dilakukan yakni dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang diharapkan bisa memeratakan ekonomi Indonesia. Jokow menjelaskan bahwa 56% penduduk Indonesia ada di Jawa dan 58 persen produk domestik bruto (PDB/GDP) Indonesia juga berada di Jawa.
Adapun ketiga adalah sumber daya manusia (SDM), yang menjadi kekuatan besar Indonesia.
“Ini kekuatan besar kita, jangan tapi juga jangan hanya menang dari segi jumlah, tetapi juga harus dari segi kualitas SDM-nya, baik secara fisik, skill, karakter produktif, dan karakter disiplin. Ini yang harus kita benahi total, termasuk penguasaan iptek,” tandasnya.
(prc/ggq)