Indonesia telah berhasil menaklukkan inflasi lewat kenaikan bunga acuan sebanyak 225 bps sejak Agustus tahun lalu di tengah harga beras yang enggan turun.
Kedatangan El Nino dikhawatirkan bisa berdampak besar terhadap keamanan pangan.
Mengacu pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional pada Sabtu (11/8/2023), harga beras kualitas bawah, medium juga super kesemuanya kompak naik. Harga beras medium 1, misalnya, tercatat naik 0,74% ke kisaran Rp13.650 per kilogram. Sementara beras medium kualitas II, harganya naik 0,37% menjadi Rp13.400/kg.
Sedangkan beras kualitas super 1 dan 2 masing-masing sudah bertengger di Rp14.950/kg dan Rp14.400/kg, disusul beras kualitas bawah 1 dan 2 yang juga naik sekitar 0,4%.
Lonjakan harga beras global telah menyentuh level tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
"Harga beras yang lebih tinggi akan berkontribusi pada inflasi pangan, terutama bagi rumah tangga miskin di negara-negara konsumen beras utama di Asia," ungkap Joseph Glauber, peneliti senior di International Food Policy Research Institute di Washington. "Negara-negara lain sering kali mengikuti langkah yang sama ketika satu negara memberlakukan larangan ekspor. Masyarakat miskin di dunia adalah pihak yang paling dirugikan."
Lonjakan harga terbaru ini meningkatkan tekanan pada pasar pangan global yang sudah diguncang oleh cuaca ekstrem dan konflik berkepanjangan di Ukraina.
Beras Thailand jenis Thai white rice 5% broken, atau kategori beras putih dengan butiran panjang yang merupakan patokan beras di Asia, melonjak menjadi US$684 per ton pekan ini karena cuaca kering yang mengancam panen Thailand, dan setelah ekportir utama India, yang menyumbang 40% dari perdagangan dunia, meningkatkan pembatasan ekspor untuk melindungi pasar lokalnya.
"Beras merupakan komoditas yang lebih berharga dibandingkan sebelum El Niño dan Rusia meningkatkan serangannya terhadap ekspor gandum dan jagung Ukraina," kata Peter Timmer, Profesor Emeritus di Universitas Harvard, yang telah mempelajari ketahanan pangan selama beberapa dekade. Harga bisa naik lebih dari US$100 per ton dalam enam sampai 12 bulan, katanya.
"Pertanyaan besarnya adalah apakah kenaikan harga akan terjadi secara bertahap, memberikan waktu bagi konsumen untuk menyesuaikan diri tanpa kepanikan, atau akan terjadi lonjakan yang cepat hingga US$1.000 per ton atau lebih tinggi lagi," ujar Peter Timmer, yang pernah bekerja sama dengan berbagai pemerintahan di Asia pada saat krisis pangan tahun 2008.
Saat itu, harga beras melonjak di atas level US$1.000 setelah adanya larangan ekspor oleh produsen-produsen utama, terutama India dan Vietnam.
(rui)