Logo Bloomberg Technoz

Bank Indonesia melaporkan, berdasarkan data transaksi 7-10 Agustus, pemodal asing di pasar domestik mencatat posisi jual bersih Rp14,59 triliun terdiri atas Rp1,45 triliun beli bersih di pasar SBN dan Rp16,04 triliun di pasar saham.

Dengan demikian selama 2023, berdasarkan data setelmen hingga 10 Agustus, pemodal nonresiden mencatat posisi beli bersih Rp92,12 triliun di pasar SBN dan Rp22,74 triliun di pasar saham.

Pada penutupan perdagangan di pasar spot Jumat (11/8/2023), nilai tukar rupiah ditutup melemah di posisi Rp15.215/US$ sejalan dengan pelemahan yang dihadapi oleh mayoritas valuta Asia akibat para pemodal memilih bersikap waspada mengantisipasi arah kebijakan bunga acuan Amerika di sisa tahun.

Kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat lalu ditutup melemah juga, lebih dalam di posisi Rp15.225/US$.

Sentimen the Fed 

Sepanjang pekan ini nilai rupiah tersetir data eksternal yakni dari Amerika dan China. Arah kebijakan bunga acuan Federal Reserve yang diprediksi semakin dekat ke puncak menyusul data inflasi AS pada Juli yang menunjukkan inflasi telah mulai mereda, nyatanya tidak mampu memberi energi bagi rupiah yang masih tertekan dominasi dolar AS.

Hal itu tidak terlepas dari pernyataan pejabat the Fed pasca rilis data inflasi yang dengan gamblang menyatakan bank sentral masih memiliki banyak pekerjaan untuk dilakukan agar inflasi negeri itu bisa kembali ke target. Alhasil, ada peluang kenaikan imbal hasil surat utang AS, US Treasury, 10 tahun akan berlanjut dan itu menjadi tekanan bagi valuta Asia termasuk rupiah.

Pada saat yang sama, pemulihan ekonomi China yang masih jauh dari harapan dengan kejatuhan kinerja ekspor serta deflasi telah menyeret nilai yuan. Keterpurukan yuan China turut menyeret pula mata uang Asia lain.

Likuiditas valas masih ketat

Nilai cadangan devisa Indonesia bertambah pada Juli di tengah tekanan yang masih dihadapi oleh rupiah akibat sentimen eksternal arah bunga global yang melambungkan kekuatan dolar AS di seluruh dunia.

Akan tetapi, kenaikan posisi cadangan Juli itu tidak berarti tekanan terhadap rupiah telah mereda menyusul masih ketatnya likuiditas valas domestik yang bisa membebani gerak nilai tukar di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi di sisa tahun ini.

Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang berhasil menapak di 5,17% di tengah inflasi yang telah terkendali, Bank Indonesia sepertinya akan semakin meneguhkan stance kebijakannya untuk fokus menjaga stabilitas nilai tukar dengan mempertahankan bunga acuan di level saat ini sampai derajat ketidakpastian global dinilai mereda. 

Kenaikan posisi cadangan devisa pada Juli sebesar US$200 juta menjadi US$137,7 miliar, terjadi kala kondisi likuiditas di pasar domestik sejatinya masih cukup ketat.

Bank Indonesia terlihat agresif menggelar operasi moneter sepanjang Juli menggunakan instrumen FX swap dalam nilai luar biasa besar agar suplai valas terbantu melonggar. Dengan kata lain, tanpa dukungan operasi moneter FX swap, tekanan pada cadangan devisa bulan lalu sebenarnya jauh lebih besar.

Berdasarkan data Bank Indonesia, operasi moneter FX swap BI selama Juli mencatat nilai penyerapan bersih hingga US$3,22 miliar, sekitar Rp48,59 triliun. Angka itu berasal dari angka masuk US$5,97 miliar dan angka keluar US$2,75 miliar. Angka itu adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2020.

(rui)

No more pages