Berdasarkan survei udara, lebih dari 270 bangunan terbakar di resor tepi pantai Lahaina. Ribuan penduduk dan turis telah melarikan diri ke area yang tidak terjangkau listrik, telepon, atau internet. Setelah menyaksikan sendiri lokasi terjadinya bencana, gubernur mengatakan ini adalah bencana alam terbesar yang pernah terjadi di Hawaii.
Foto-foto yang beredar secara online terkait kebakaran hutan tersebut menunjukkan kehancuran yang terjadi di kawasan itu. Kobaran api, yang dipicu oleh angin kencang dan badai di lepas pantai, menghancurkan kota dengan sangat cepat. Para warga pun tidak memiliki banyak waktu untuk melarikan diri. Beberapa orang bahkan melompat ke laut untuk menyelamatkan diri. Penjaga Pantai AS belum lama ini mengatakan telah berhasil menyelamatkan lebih dari selusin orang dari perairan lepas pantai Lahaina di pantai Maui Barat.
Kantor Kejaksaan Agung Hawaii mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat, bahwa mereka akan melakukan "peninjauan komprehensif terhadap pengambilan keputusan yang kritis, dan kebijakan selama dan setelah kebakaran hutan."
Green mengatakan kawasan Lahaina, termasuk tujuan wisata Front Street yang penuh dengan restoran dan toko di tepi laut, telah hancur. Hampir setiap bangunan di Lahaina perlu diaganti, yang dapat memakan waktu bertahun-tahun dan menghabiskan dana miliaran dolar. Estimasi kerusakan tahap awal kemungkinan besar akan meningkat setelah dampak keseluruhan diketahui.
Presiden Joe Biden pada Kamis mengumumkan bencana besar di Hawaii, dan berjanji memberikan dana bantuan demi pemulihan.
Administrator asosiasi tanggap darurat dan pemulihan Anne Bink mengatakan dalam wawancara dengan Bloomberg Television, Badan Manajemen Darurat Federal membantu upaya pencarian dan penyelamatan di Lahaina.
Mereka memiliki persediaan air dan makanan siap saji, dan akan mengatur tempat tinggal jangka pendek bagi mereka yang kehilangan rumah atau mengalami kerusakan. Bink juga mengatakan mereka akan membantu proses pembangunan kembali.
Menurut pakar iklim dan api Motjaba Sadegh, jenis kebakaran rumput yang melanda Lahaina menyebar sangat cepat. Kobaran api disebabkan oleh angin dari zona bertekanan tinggi ke utara yang menyapu ke bawah menuju Badai Dora, zona bertekanan rendah, ke selatan.
Kerumitan ini mempersulit para ilmuan untuk menentukan peran pemanasan global dalam memperburuk bencana alam. Namun, perubahan iklim memperpanjang musim kebakaran hutan dan meningkatkan area yang terbakar di banyak belahan dunia. Sebuah studi baru-baru ini yang ditulis bersama oleh Sadegh menunjukkan bahwa jumlah orang di AS yang terpapar risiko kebakaran hutan antara tahun 2000 hingga 2019 menjadi berlipat ganda.
Green mengatakan pemerintahannya sedang menghubungi hotel-hotel terdekat yang tidak menampung wisatawan untuk mengamankan 2.000 kamar bagi para pengungsi. Dia juga meminta penduduk pulau yang rumahnya masih utuh untuk menerima mereka yang butuh tempat berlindung.
"Kita semua punya orang yang dicintai di Maui yang kehilangan rumah, kehilangan seorang teman," kata Green.
Kebarakan tersebut adalah salah satu dari sejumlah kobaran api yang terjadi pekan ini di Maui, pulau terbesar kedua di Hawaii.
Hingga kini, tidak diketahui apa yang memicu kobaran api. Akan tetapi, kebakaran hutan di Hawaii memiliki kondisi yang sama dengan apa yang menjadi penyebab kobaran api dahsyat tahun ini yang terjadi di Kanada hingga Yunani, yaitu pepohonan yang dilanda kekeringan dan pengaruh angin kencang. Menurut data US Drought Monitor (USDM) sekitar 36% wilayah Maui mengalami kekeringan dari sedang hingga parah.
Sebelumnya, kebakaran hutan sangat jarang terjadi di Hawaii. Akan tetapi Clay Trauernicht, spesialis manajemen kebakaran di University of Hawaii di Manoa, mengatakan semua berubah sejak 1990-an, karena banyak perkebunan dan peternakan tua yang ditutup. Lahan rumput buatan mengambil alih lahan kosong dan dapat menjadi pemicu kobaran api.
Beberapa komunitas mencoba menghutankan kembali lahan rumput ini, menggunakan pepohonan untuk mengontrol rerumputan atau mengembalikannya ke pertanian. Akan tetapi, Trauernicht mengatakan upaya mereka masih belum cukup.
"Kami baru saja mempersiapkan diri untuk bencana seperti ini," kata Trauernicht.
(bbn)