Tapi kalau ekonominya buruk tidak bisa juga (membangun manusia)?
Tentu. Makanya saya sampaikan juga ekonominya juga harus tahunan. Tadi kan saya jelaskan, ekonomi itu enggak boleh diprediksi jauh sampai 2045. Untuk pembangunan ekonomi itu tahunan atau 5 tahunan, tapi kalau pembangunan manusia, boleh itu. Ini ilustrasi ya, World Economic Forum ketemunya berapa tahun sekali? 15 tahun sekali. Itu artinya kalau kita membawa manusia, itu dikerjakan sekarang, 15 tahun sekali kita baru ketemu. Terakhir ketemu 2015, nanti 2023, terus 2045. Jadi kita jangan terlena dengan data jangka pendek yang terkait ekonomi lalu lupa investasi manusia yang baru kita lihat hasilnya 10-15 tahun kemudian.
Lulusan apa yang paling sulit mendapatkan lapangan kerja? SMK. Kenapa itu bisa terjadi? Kan harusnya sekolah vokasi justru yang paling bisa dapat pekerjaan kan? (Ini terjadi) karena sebagian besar sekolah vokasi kita tidak memberikan bekal untuk bekerja. Sekolah vokasi yang bagus itu baru semester 5 udah dapat pekerjaan. Tapi sekolah-sekolah vokasi mayoritas itu mirip SMA, tidak dikelola sebagai sebuah–efeknya apa? Hasil lulusannya disebutnya lulusan SMK tapi dia tidak siap untuk berkarya. Ini harus di beresin. Kalau tidak ini problem yang cukup serius.
Ada lagi mulai dari dari awalnya. Anak, kecerdasan, kesehatan, kesehatan mental, itu harus jadi perhatian serius supaya nanti ketika sampai 2030, 2035, 2040, 2045 itu kita punya hasil generasi baru yang buat Indonesia itu jadi posisi tadi, nomor 4 dunia. Kalau tidak nanti akan ada gap yang cukup besar. Jadi saya beri gambaran saja, jumlah bangku SD kelas 1, harus sama dengan bangku SMP kelas 1. Dan SMA, SMK kelas 1. Kalau jumlah bangkunya begini (tak seimbang), apa itu artinya? Sisanya tidak dapat sekolah.
Di hari ini kita ramai soal zonasi ya, PPDB. Apa sih sebetulnya? Itu kan orang membutuhkan sekolah. Nah kalau kita mau maju ke depan untuk menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang hebat, PR nya di situ. Jadi yang sekarang dilakukan pembangunan ekonomi, itu ditargetkan kemajuannya tahunan, jangan nengoknya ke 2045, jauh tuh.
Itu 2045 target, jadi artinya setiap tahun dan berkala diukur
Betul. Tapi kalau kita hanya menuju ke sana, nanti itu mungkin tercapai, tapi dengan gap yang besar antara the knows dan the knows not, antara the works and the works not. Gapnya itu akan muncul, gapnya kuat sekali. Kemudian kita nanti akan melihat tempat-tempat dengan kemajuan ekonomi yang sangat tinggi sehingga kontribusinya tinggi tapi masih banyak sebagian yang tertinggal. Kenapa? Karena kita tidak serius menyiapkan sebangsa untuk naik menjadi nomor 4 dunia.
Saya beri ilustrasi. Gap antarnegara telah menipis. Gap di dalam negara melebar. Ini fenomena dunia. Jadi Shanghai, Jakarta, New York, London dibandingkan tahun 70 dan sekarang sekarang sudah lebih setara. Shanghai, Jakarta, itu sudah makin setara antarkota-kota itu. Jadi gap antarnegaranya tipis. Tetapi antara Shanghai dengan wilayah China lain, itu beda sekali. Antara Jakarta dengan luar Jakarta gapnya luas sekali. Nah ini harus diantisipasi. Jadi gap antarnegara sudah berkurang tapi gap dalam negara melebar.
Contohnya apa? Bisa masuk G20 artinya apa? kita top 20 dunia kan. Tapi ketika kita lihat di dalamnya di antara negara G20- ini seperti Indonesia, India, China, itu dalam negaranya ada ketimpangan yang hebat. Bandingkan dengan negara G20 lain, itu antarkota utama dengan daerah gapnya enggak terlalu besar. Ini fenomena bukan hanya di Indonesia. Karena itulah kenapa tadi saya sampaikan, pemerataan itu penting supaya yang tumbuh itu semua. Kedua, kualitas manusia itu penting supaya semua dapat kesempatan.
(ibn/dhf)