"Untuk BUMN karya, tahun ini masih Hutama Karya saja. Itu pun tidak untuk pembayaran utang-utang," sambungnya.
Utang BUMN Karya Menggunung
Sejumlah BUMN Karya di Indonesia masih diselimuti dengan utang menggunung. Utang ini terus menjadi masalah utama seperti yang terjadi pada emiten PT Waskita Karya Tbk (WKST) yang tengah dalam proses pemohonan untuk menunda pembayaran bunga obligasi.
Berdasarkan laporan keuangan semester I-2023, Waskita Karya menjadi juara dengan catatan beban utang dan rasio utang yang luar biasa sangat tinggi. Waskita membukukan total kewajiban mencapai Rp84,31 triliun di mana sebesar Rp22,79 triliun adalah kewajiban jangka pendek.
Adapun ekuitas perusahaan tercatat Rp12,01 triliun. Itu menjadikan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) Waskita menjadi 701% atau mencapai 7 kali.
Sementara total aset WSKT hanya sejumlah Rp96,32 triliun pada Juni 2023, turun 2% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp98,23 triliun.
Setali tiga uang dengan Waskita, adalah saudara seinduknya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). WIKA juga masih bergelut dengan beban utang yang tinggi.
WIKA mencatat total kewajiban sebesar Rp56,7 triliun pada semester I dengan ekuitas sebesar Rp15,47 triliun, membuat rasio utang Perseroan sebesar 366% atau 3,66 kali. Pencapaian tersebut naik dari posisi sebelumnya yang hanya sebesar 3,29 kali.
Sementara total aset WIKA hanya sebesar Rp72,17 triliun, turun 3,85% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp75,06 triliun.
Berikutnya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat total kewajiban pada semester I-2023 sebesar Rp30,42 triliun dengan nilai ekuitas sejumlah Rp8,91 triliun, menjadikan rasio utang perusahaan sebesar 341% atau sebesar 3,41 kali.
Angka ini sudah jauh menurun dibandingkan posisi pada kuartal III-2022 kemarin saat rasio utang ADHI menjadi yang tertinggi di antara empat BUMN lainnya yang pada saat itu sebesar 5,17 kali. Adapun total aset ADHI sejumlah Rp39,34 triliun, turun 1,60% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp39,98 triliun.
PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) sejauh ini mencatatkan kewajiban sebesar Rp42,72 triliun di mana sebanyak Rp24,30 triliun adalah kewajiban jangka pendek. Adapun ekuitas PTPP tercatat Rp14,91 triliun.
Menariknya, dibandingkan dengan posisi sebelumnya pada 2022, beban kewajiban PTPP sedikit berkurang sehingga membantu rasio utangnya turun sedikit menjadi 286% atau 2,86 kali.
Berbeda dengan saudara-saudaranya, total aset PTPP mencatatkan kenaikan menjadi sebesar Rp57,63 triliun pada semester I, atau 30 Juni 2023.
(aji)