Saat ini, total lebih dari Rp70 triliun utang BUMN karya akan direstrukturisasi.
Pertama-tama, pemerintah akan menambah modal ke perusahaan konstruksi PT Hutama Karya, dan kemudian membeli proyek Waskita sehingga mereka dapat menunda pembayaran kepada kontraktor, menurut Erick. Namun, dia tidak memberikan perincian lebih lanjut soal ini.
Secara lebih luas, karena perusahaan mengambil utang jatuh tempo lebih pendek untuk proyek jangka panjang mereka, pemerintah akan mendorong BUMN karya untuk menggunakan pembiayaan berbasis proyek, lanjutnya.
“Masing-masing BUMN infrastruktur nantinya akan mengerjakan proyek berdasarkan keahliannya,” kata Erick di kantornya di Jakarta. “Mereka tidak bisa mengambil sembarang proyek dan kemudian menawar dengan harga yang makin rendah hanya demi mendapatkan kontrak.”
Baru setelah itu pemerintah akan mendorong merger di antara para BUMN karya.
“Pelan-pelan mereka bisa berubah menjadi sister company atau kita bisa menggabungkan mereka,” kata Thohir.
Perusahaan kecil seperti PT Nindya Karya dan PT Indah Karya yang berada di bawah perusahaan investasi negara PT Danareksa dan PT Perusahaan Pengelola Aset akan digabungkan, tambahnya.
Erick optimistis para kreditur akan menyetujui rencananya, dan mengambil pelajaran dari kasus maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia, yang lebih dari US$9 miliar tumpukan utangnya direstrukturisasi setelah pandemi.
Akan tetapi, beberapa bulan terakhir, situasi menunjukkan para pejabat dapat mengalami tentangan.
Saat Waskita telah berupaya merestrukturisasi empat obligasi senilai Rp4,63 triliun, investor hanya menyetujui syarat yang diajukan untuk tiga obligasi.
Waskita mengatakan perusahaan berencana mengadakan pertemuan dengan para pemegang empat obligasi tersebut pada September. Keempat obligasi tersebut telah dinilai gagal bayar oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia, atau Pefindo, tetapi lembaga pemeringkat lokal masih memberikan peringkat AAA pada catatan mata uang lokal lainnya yang diterbitkan oleh perusahaan, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg.
Sementara itu, Wijaya Karya mengatakan akan menunda pembayaran pinjaman bank yang mencapai sekitar Rp20 triliun, menurut laporan keuangan semester pertama.
Bank telah memberikan "sinyal bagus" dalam percakapan dengan perusahaan, kata Erick. Negosiasi dengan pemegang obligasi juga menunjukkan bahwa para pihak berkomitmen untuk mencapai “win-win solution.”
--Dengan asistensi dari Harry Suhartono dan Fathiya Dahrul.
(bbn)