Logo Bloomberg Technoz

Faisal Basri: Data Jokowi Soal Penghiliran Nikel Menyesatkan

Wike Dita Herlinda
11 August 2023 13:40

Kompleks pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Selasa (7/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Kompleks pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Selasa (7/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Ekonom senior Faisal Basri menilai Presiden Joko Widodo memaparkan data ‘menyesatkan’ terkait dengan dampak penghiliran sektor pertambangan nikel terhadap perekonomian, khususnya dalam hal penerimaan pajak negara.

Menurut ekonom Institute for Development of Economics and  Finance (Indef) itu, data kenaikan pendapatan negara dari penghiliran nikel yang disampaikan Jokowi –sebagai bantahan terhadap kritik Faisal sebelumnya– tidak valid.

“Bapak Presiden, maaf kalau saya katakan bahwa Bapak berulang kali menyampaikan fakta yang menyesatkan,” tulis Faisal melalui laman blog pribadinya, Jumat (11/8/2023). 

Sejauh ini tak satu pun pabrik smelter yang berada di Sulawesi telah memproduksi baterai untuk kendaraan listrik atau besi baja sebagai finished products. Rel untuk kereta cepat saja seluruhnya masih diimpor dari China.

Faisal Basri, Ekonom Senior Indef

Menurut Faisal, angka-angka yang disampaikan RI-1 tidak jelas sumber dan penghitungannya. Dia menilai Kepala Negara hanya ingin meyakinkan publik bahwa penghiliran nikel menguntungkan dan membantah tudingan bahwa program tersebut lebih menguntungkan China.

Faisal menjabarkan bahwa pada 2014, ekspor bijih nikel kode HS 2604 hanya Rp1 triliun. Hal ini didapatkan dari ekspor senilai US$85,91 juta dikalikan dengan rerata kurs pada tahun yang sama yaitu Rp11.865/US$.