Green mengatakan pemerintahannya sedang menghubungi hotel-hotel terdekat yang tidak menampung wisatawan untuk mengamankan 2.000 kamar bagi para pengungsi. Dia juga meminta penduduk pulau yang rumahnya masih utuh untuk menerima mereka yang butuh tempat berlindung.
"Kita semua punya orang yang dicintai di Maui yang kehilangan rumah, kehilangan seorang teman," kata Green.
Kebarakan tersebut adalah salah satu dari sejumlah kobaran api yang terjadi pekan ini di Maui, pulau terbesar kedua di Hawaii. Accuweather Inc. memperkirakan kerusakan awal dari kebarakan tersebut sebesar US$8 miliar hingga US$10 miliar.
Hingga kini, tidak diketahui apa yang memicu kobaran api. Akan tetapi, kebakaran hutan di Hawaii memiliki kondisi yang sama dengan apa yang menjadi penyebab kobaran api dahsyat tahun ini yang terjadi di Kanada hingga Yunani, yaitu pepohonan yang dilanda kekeringan dan pengaruh angin kencang. Menurut data US Drought Monitor (USDM) sekitar 36% wilayah Maui mengalami kekeringan dari sedang hingga parah.
"Hal ini tidak terlalu mengejutkan. Yang mengejutkan adalah karena kebarakan terjadi di Maui," kata Craig Clements, direktur Pusat Penelitian Interdisipliner Kebakaran di San Jose State University di California. Kecepatan penyebaran api di Lahina kemungkinan menyebabkan tingginya jumlah korban jiwa.
Para turis dibawa oleh bus dari resor yang berjejer di pantai utara Lahaina pada Kamis, dan mengangkut mereka langsung ke Bandara Kahului yang dipenuhi sekitar 1.400 orang yang menghabiskan malam menanti penerbangan pagi. Sementara 1.300 orang lainnya bermalam di tempat penampungan.
Pada Kamis, Presiden Biden mengumumkan bencana besar di Hawaii dan berjanji akan mempercepat bantuan dana untuk pemulihan. "Siapa pun yang kehilangan orang yang dicintai atau yang rumahnya rusah atau hancur akan segera mendapat bantuan," kata di sebuah acara di Salt Lake City.
Saat ini, para tim sedang membersihkan jalanan dan area lain dari pepohonan dan puing-puing. Tim tanggap darurat terus menyisir reruntuhan untuk mencari korban yang selamat atau meninggal dunia. Walikota Maui Richard Bissen memperingatkan para pengungsi untuk tidak pulang ke rumah saat pekerjaan itu dilakukan, dan mengatakan pemerintah daerah akan melakukan yang terbaik untuk mengidentifikasi mereka yang tewas dalam kebakaran.
Sebelumnya, kebakaran hutan sangat jarang terjadi di Hawaii. Akan tetapi Clay Trauernicht, spesialis manajemen kebakaran di University of Hawaii di Manoa, mengatakan semua berubah sejak 1990-an, karena banyak perkebunan dan peternakan tua yang ditutup. Lahan rumput buatan mengambil alih lahan kosong dan dapat menjadi pemicu kobaran api.
Beberapa komunitas mencoba menghutankan kembali lahan rumput ini, menggunakan pepohonan untuk mengontrol rerumputan atau mengembalikannya ke pertanian. Akan tetapi, Trauernicht mengatakan upaya mereka masih belum cukup.
"Kami baru saja mempersiapkan diri untuk bencana seperti ini," kata Trauernicht.
--Dengan asistensi dari Cailley LaPara.
(bbn)