Cita-cita Mustahil?
Namun apakah cita-cita menjadi negara maju berpendapatan tinggi cukup realistis bisa tercapai pada 2045?
Berdasarkan klasifikasi terbaru Bank Dunia, Indonesia kini berstatus negara berpendapatan menengah-atas. Indonesia tahun ini naik kelas setelah sebelumnya berstatus negara berpendapatan menengah-bawah.
“El Salvador, Indonesia, serta Tepi Barat dan Gaza sudah mendekati batas menengah-atas pada 2021, sehingga pertumbuhan ekonomi moderat pada 2022 sudah cukup untuk menaikkan peringkat mereka. Ekonomi El Salvador tumbuh 2,6% pada 2022, sementara Indonesia tumbuh 5,3%. Pemulihan pasca pandemi yang kuat di Tepi Barat dan Gaza, 7,9% pada 2021 dan 3,9% pada 2022, sudah cukup untuk membuatnya naik ke kategori menengah-atas,” sebut keterangan tertulis Bank Dunia.
Bank Dunia mengukur status sebuah negara dari Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income/GNI) per kapita. GNI adalah pendekatan ukuran ekonomi suatu negara dengan mengeluarkan pendapatan dari pihak asing.
Pendekatan lain adalah Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP). GDP memasukkan kontribusi dan pihak asing sebagai perhitungan dalam mengukur besaran ekonomi.
Namun sejatinya kedua pendekatan ini sah-sah saja, bisa dipertukarkan.
Menurut Bank Dunia, negara berpendapatan maju dicirikan dengan GNI per kapita di atas US$ 13.845. Per 2022, GNI per kapita Indonesia adalah US$ 4.580, tidak jauh dari PDB per kapita yang berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) adalah US$ 4.783,9.
Dengan menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi 5% per tahun, inflasi 3% per tahun, kurs Rp 15.000/US$, dan laju pertumbuhan penduduk 1,25% per tahun, maka pada 2045 PDB per kapita Indonesia adalah US$ 21.593. Sudah jauh di atas batas minimal syarat menjadi negara berpendapatan tinggi.
Bahkan kalau klasifikasi Bank Dunia belum berubah, Indonesia sudah menjadi negara maju berpendapatan tinggi pada 2039, lebih cepat dari target.
Dinamis
Namun ingat, itu adalah hitung-hitungan sederhana dan bersifat ceteris paribus. Indikator lain dianggap tidak berubah.
Tentu hasil di lapangan akan sangat dinamis. Bank Dunia tentu akan terus memperbarui klasifikasi mereka, tiap tahun batasannya akan makin tinggi.
Kemudian tidak ada yang tahu tantangan macam apa yang bakal terjadi. Apakah akan ada pandemi sedahsyat Covid-19 lagi? Sampai kapan perang di Ukraina akan berlangsung? Apakah krisis keuangan global dengan skala seperti 2008-2009 bisa terulang?
Itu hanya beberapa peristiwa yang sangat mungkin mempengaruhi dinamika ekonomi. Namun kalau semua baik-baik saja, sesuai dengan skenario, maka impian Indonesia menjadi negara maju berpendapatan tinggi pada 2045 rasanya bukan sesuatu yang muluk-muluk. Bukan sebuah misi mustahil.
(aji/ezr)