Pejabat the Fed telah terbelah dalam memproses data kemajuan pengendalian inflasi. Satu faksi menilai, mengerek bunga acuan selama 1,5 tahun telah memperlihatkan hasilnya saat ini. Sementara faksi lain melihat, mempertahankan bunga acuan terlalu dini dan bisa memicu risiko reakselerasi inflasi di negeri terbesar itu.
Pada Juni, bank sentral yang dipimpin oleh Ketua Jerome Powell itu akhirnya menahan bunga acuan untuk pertama kalinya sejak serial pengetatan moneter dimulai.
Akan tetapi, masih ada perkiraan kenaikan bunga acuan lagi setelahnya. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada Juli, sementara kenaikan kedua masih belum jelas apakah memang akan terjadi atau tidak perlu terjadi.
Sebelum rilis data inflasi semalam, beberapa pejabat the Fed melontarkan sinyal beragam.
Michelle Bowman, Gubernur the fed menyatakan lagi pandangannya bahwa bank sentral kemungkinan perlu menaikkan lagi bunga acuan agar stabilitas harga benar-benar dipulihkan.
Sementara, Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyebut, bank sentral mungkin akan memilih mempertahankan bunga acuan.
Mendinginkan tekanan harga yang berjalan dengan pertumbuhan ekonomi masih mampu menapak moderat utamanya dari sisi lapangan kerja dan tren upah, menaikkan ekspektasi bahwa the Fed bisa sukses menaklukkan inflasi tanpa menjatuhkan negara itu dalam resesi.
Beberapa ekonom dari institusi besar seperti JPMorgan Chase&Co juga Bank of America telah menghapus prediksi terjadinya resesi negeri itu, beberapa pekan lalu.
Chairman Federal Reserve Jerome Powell kemungkinan tidak akan menyatakan kemenangan melawan inflasi dalam FOMC September nanti ataupun dalam Konferensi Jackson Hole akhir bulan ini. Powell menyatakan, bank sentral memperlambat kenaikan seiring puncak yang semakin dekat akan tetapi ia tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan pada FOMC di sisa tahun ini.
"The Fed tidak perlu menaikkan bunga acuan pada September dan itu menggembirakan bagi para 'dovish' yang tidak menginginkan pengetatan lagi mulai saat ini," ujar Derek Tang, ekonom LH Meyer/Monetary Policy Analytics.
Kelompok 'hawksih' juga mungkin akan baik-baik saja bila bunga acuan kembali terhenti pada November atau lebih lama selama pintu kenaikan bunga acuan tidak ditutup sepenuhnya.
"Angka inflasi AS pada Juli adalah kedua berturut-turut yang memperlihatkan kenaikan inflasi inti pada kecepatan yang konsisten dengan mandat 2% the Fed. Kami memperkirakan the Fed akan mempertahankan bunga acuan di sisa tahun ini," kata Anna Wong dan Stuart Paul, ekonom Bloomberg.
Perlambatan laju inflasi sebagaimana terlihat pada data Juli, menurut Kepala Ekonom KPMG LLP, memadai untuk membuat the Fed mempertahankan lagi bunga acuan pada September akan tetapi belum cukup untuk menyatakan kemenangan melawan inflasi.
Masih akan ada data inflasi CPI Agustus dan data ketenagakerjaan lain sebelum gelar FOMC pada 19-20 September.
The Fed mungkin ingin tetap membuka opsi kenaikan bunga acuan karena ada potensi percepatan kembali laju ekonomi, menurut pandangan Kepala Ekonom Renaissance Macro Research LLC Neil Dutta.
- dengan bantuan laporan Steve Matthews dan Laura Curtis dari Bloomberg News.
(rui)