Roscosmos termasuk yang sangat terdampak sebagai buntut invasi Rusia yang dilakukan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina tahun lalu yang memakan banyak biaya hingga tenaga. Bahkan hal itu menyebabkan operator satelit batal melakukan sejumlah peluncuran termasuk oleh OneWeb Ltd.
Luna-25 diketahui akan bersaing dengan satelit India Chandrayaan-3 yang tengah mengorbit di Bulan yang juga diperkirakan bisa menyentuh permukaan pada akhir Agustus mendatang. Namun posisi India yang pertama kali menaruh kendaraan luar angkasanya di orbit Bulan menjadi penanda untuk sementara, India lebih unggul.
Sementara itu diketahui bahwa USSR milik Amerika Serikat disebut sebagai yang pertama mendarat di Bulan dalam sejarah. Namun Rusia tak mengakuinya usai misi robotik Soviet ke Bulan terbukti bisa terjadi pada 1976.
Namun kesuksesan Luna-25 masih jauh dari harapan terlebih sejumlah eksplorasi bulan yang dilakukan pada tahun lalu menemui kegagalan. Pada April tahun ini, pendaratan luar angkasa oleh perusahaan Jepang pecah saat berusaha mendekati Bulan. Pada 2019, pesawat Bulan bikinan India, Vikram yang membawa misi Chandrayaan-2 dan penjelajahan milik Israel SpacIl juga bernasib sama alias gagal.
Diperkirakan begitu Luna-25 menyentuh Bulan maka akan bermisi untuk mempelajari tanah dan exosphere di sana yakni lapisan udara di Bulan yang amat tipis tersebut. Kendaraan luar angkasa ini juga diperlengkapi dengan unit robotik untuk mengumpulkan sampel yang diperlukan untuk analisis. Misi penjelajahan direncanakan satu tahun lamanya.
Sementara itu, SpaceX milik Elon Musk dan perusahaan lainnya tengah sibuk membangun jaringan satelit di bagian bawah orbit Bumi. Namun Rusia cenderung mengalami penurunan dalam produktivitas yakni hanya sekitar 8% peluncuran yang mana penurut lembaga akuntan PwC, anagka itu turun 40% dari 10 tahun lalu.
"Perang sudah menunjukkan kemunduran. Rusia tak lagi merupakan pionir di dunia antariksa sebagaimana ditunjukkan sejarah," kata konsultan dan analis Northern Sky Research, Dallas Kasaboski.
NASA yang berharap bisa mengirimkan kembali kosmonotnya ke Bulan lewat program Artemis menyebutkan potensi 13 pendaratan di wilayah itu. Sementara badan antariksa China Chang’e 7 menjadwalkan bahwa pada 2026 akan mengirimkan penjelajahan untuk mempelajari lapisan es permanen di sana sebagaimana diberitakan media pada 1 Agustus 2023 lalu. China lebih jauh akan mengirimkan kendaraan luar angkasa untuk penelitian ke bagian kutub selatannya. Selain itu astronot China akan ke Bulan pada 2030, kata badan antariksa China pada Mei lalu.
Namun tatkala NASA lewat pejabatnya Bill Nelson mengkritisi langkah China tersebut yang dianggap akan ke Bulan demi menguasai sumber daya di sana, dia berkomentar lain soal Rusia. Menurutnya selama era Soviet tak ada kosmonot negara itu yang sampai ke Bulan. Dia mengatakan pada 8 Agustus lalu bahwa tak ada program luar angkasa Rusia yang mengirimkan hal itu.
"Saya menduga seperti banyak orang bahwa Rusia memang tak siap mendaratkan kosmonotnya di Bulan pada waktu itu namun China mungkin saja sekarang. Jadi persaingan luar angkasa ini kini antara AS dan China," kata Nelson.
Soal hal ini belum ditanggapi oleh Roscosmos.
Kini setelah lama absen dari persaingan menuju Bulan, Roscosmos bermaksud mengirimkan lebih banyak misi seteah Luna-25. Rencana berikutnya adalah mengirim misi untuk pencarian mineral dan perairan es di luar angkasa.
(bbn)