Pembunuhan Villavicencio membuat lingkungan politik Ekuador yang tidak stabil semakin kacau. Berdasarkan jajak pendapat yang diterbitkan sesaat sebelum pembunuhan, mantan reporter itu berada di posisi kedua di antara delapan calon presiden menjelang pemungutan suara.
"Ini adalah sebuah pukulan keras bagi demokrasi Ekuador," kata Cesar Ricaurte, presiden organisasi advokasi media Fundamedios, saat dihubungi via telepon. "Mafia telah melakukan kudeta."
Villavicencio (59 tahun) mulai dikenal luas di Ekuador saat pemerintahan Presiden Rafael Correa pada 2007 hingga 2017. Kala itu, dia melaporkan skandal korupsi terkait pinjaman di China, juga pendanaan kampanye ilegal. Villavicencio merupakan salah satu jurnalis paling menonjol di Ekuador sebelum terpilih menjadi anggota legislatif pada 2021. Dia berjaji menegosiasikan ulang kontrak dengan perusahaan minyak dan pertambangan asing, juga mengambil tindakan keras terhadap kartel narkoba.
Selama kampanye, Villavicencio telah mengisyaratkan bahwa dia tahu bisa menjadi sasaran. Akan tetapi, dia mengatakan tidak akan mundur.
"Meskipun mereka mengancam saya, dengan mafia, kita tidak membuat kesepakatan," katanya kepada reporter.
(bbn)