Indonesia mencatat kenaikan minat investasi di pasar modal setidaknya dalam tiga hingga empat tahun terakhir. Jumlah investor di pasar modal dalam negeri mencapai 11,4 juta investor per Juli 2023, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia. Angka itu naik 10 kali lipat dibandingkan 2017 silam yang angkanya baru 1,12 juta investor.
Dari angka itu, sebanyak 57,26% adalah investor berusia muda di bawah 30 tahun dengan total nilai aset Rp34,03 triliun di C-Best dan Rp16,05 triliun di S-Invest.
Percepatan jumlah investor di pasar modal domestik terjadi kala pandemi merebak didukung oleh booming kelahiran aplikasi teknologi finansial (fintech) yang berhasil menggaet peminat kalangan digital native muda untuk memulai babak sebagai investor pasar modal.
Selama 2020-2022, jumlah investor pasar modal naik hampir tiga kali lipat dan merata meminati semua jenis instrumen mulai dari reksa dana, surat berharga negara, saham dan surat berharga lain.
Inklusi vs Literasi
Semakin tinggi minat masyarakat pada instrumen pasar keuangan idealnya diimbangi pula oleh tingkat literasi finansial yang memadai. Faktanya, di Indonesia, dua hal itu tidak sejalan.
Seseorang yang memiliki atau berinvestasi di sebuah produk keuangan, tidak selalu memiliki pemahaman yang cukup tentang produk tersebut. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang rutin digelar oleh Otoritas Jasa Keuangan, menunjukkan hal tersebut.
Survei 2022 lalu memperlihatkan, indeks literasi keuangan masyarakat RI ada di angka 49,68%, sementara indeks inklusi keuangan berada di angka 85,1%. Alhasil, masih ada kesenjangan alias gap antara tingkat literasi dengan inklusi sebesar 35,42% meski angka itu menurun dibanding 2019 yang mencapai 38,16%.
Berdasarkan penjelasan OJK, literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku keuangan seseorang untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan.
Sementara itu, inklusi keuangan berarti ketersediaan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan produk dan atau layanan jasa keuangan di lembaga keuangan formal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan.
Bila indeks diperinci ke sektor, tercatat bahwa tingkat literasi di sektor perbankan dan asuransi juga pergadaian terbilang cukup tinggi masing-masing sebesar 49,93%, 31,72% dan 40,75%. Sementara di sektor pasar modal, sejauh ini indeks literasinya masih rendah di angka 4,11%.
Sedangkan tingkat inklusi keuangan di pasar modal juga baru sebesar 5,19%, jauh di bawah perbankan 74,03%, asuransi 16,62% dan lembaga pembiayaan 16,1%.
Prinsip Dasar Investasi
Kasus pembunuhan mahasiswa UI yang dilatarbelakangi kerugian membiakkan dana di kripto dan jeratan utang mahal dari aplikasi pinjol, melengkapi serangkaian cerita buruk yang menyertai booming kripto.
Kejatuhan salah satu mata uang digital Terra Luna pada 2022 lalu, misalnya, juga diikuti cerita pemodal yang 'boncos' karena tidak memakai 'uang dingin' ketika membiakkan uang di kripto.
Di media sosial sempat ramai banyak cuplikan cerita tentang sedu sedan pemodal yang kehilangan dana tabungan persiapan pernikahan, bahkan uang sekolah anak, karena terlanjur ditanam semua ke Terra Luna.
Terus berulangnya kejadian yang mirip bahkan semakin buruk sampai-sampai memakan korban nyawa, seharusnya bisa dihindari bila seseorang memiliki akal sehat serta literasi finansial yang memadai terutama saat memutuskan memutar modal di aset berisiko tinggi seperti kripto.
Investor legendaris Warren Buffet sudah berulang kali membagi kebajikan tentang berinvestasi yang tepat dan bisa diikuti oleh para pemodal, terutama para pemula.
Pertama, jadilah serakah saat orang lain ketakutan serta jadilah takut di kala orang lain serakah.
Banyak orang terjebak kerugian berinvestasi karena membuat keputusan berdasarkan FOMO, fear of missing out, alias cuma ikut-ikutan karena khawatir ketinggalan kereta. Menyerbu kripto ketika banyak orang 'terlihat' bisa menggaet cuan besar karena kripto tanpa bekal memahami tentang apa itu kripto dan cara kerjanya. Begitu juga sebaliknya.
Kedua, harga adalah apa yang Anda bayar sedangkan nilai adalah apa yang Anda dapat.
Harga dan nilai adalah hal yang berbeda. Sebuah aset bisa berharga mahal kendati nilainya murah, begitu juga sebaliknya. Tugas seorang investor adalah menemukan keterkaitan dan ketidakterkaitan di antara keduanya sehingga bisa menemukan aset terbaik sebagai investasi yang bernilai.
Ketiga, risiko datang dari ketidaktahuan atas apa yang Anda lakukan.
Memilih investasi di kripto tapi tidak paham sepenuhnya apa itu kripto dan cara kerjanya, juga risiko-risiko yang menyertai. Investasi di sebuah aset membutuhkan pemahaman yang cukup tentang aset tersebut. Tanpa pengetahuan itu, langkah investasi tidak berbeda dengan spekulasi yang sangat berisiko.
Sebagai pengusung value investing, bukan hal mengagetkan bila Buffet berulang menyatakan posisi kontra dengan 'investasi' di kripto. Dalam sebuah pernyataan di kanal berita April 2023 lalu, Buffet bahkan menyebut bitcoin, mata uang kripto paling terkenal, sebagai skema perjudian.
(rui)