Sementara itu, Dirjen Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Sidharto R. Suryodipuro, mengungkapkan para menteri luar negeri negara Asia Tenggara telah bersepakat melaksanakan lima poin konsensus terkait konflik Myanmar.
“Lima poin konsensus itu intinya penghentian kekerasan, penyaluran bantuan kemanusiaan, upaya dari special foreign ministers ASEAN chair untuk melakukan pendekatan pada semua pihak, serta adanya dialog proses politik yang inklusif dari semua pihak tersebut,” kata Sidharto. Terkait Laut China Selatan, juga telah disepakati untuk mengintensifkan upaya perundingan dengan mitra Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Lebih lanjut, Sidharto mengungkapkan, kawasan ASEAN selalu berada di ‘persimpangan jalan’ setiap kali Indonesia menjadi Ketua ASEAN, termasuk di 2023. Oleh karena itu, tiga pilar utama telah disiapkan sebagai pedoman kerja.
“Kawasan, sekarang juga ada di persimpangan jalan, baik dari segi stabilitas, kemakmuran, stabilitas ekonomi, serta pertumbuhan. Di sini kita akan mengupayakan, bersama anggota yang lain, untuk menjadikan ASEAN matters, serta pusat pertumbuhan kawasan dan dunia. Narasi itu yang Indonesia bawa,” jelasnya.
Sidharto mengungkapkan, dalam tiga pilar utama ASEAN mattters, Indonesia dan anggota ASEAN lainnya akan memastikan secara kapasitas dan kelembagaan bahwa ASEAN siap menghadapi gejolak yang semakin kuat. Selain itu memastikan dan mempertahankan ASEAN sebagai epicentrum of growth. Lalu, mewujudkan outlook ASEAN untuk kawasan indo pasifik yang inklusif, stabil, damai, dan makmur.
Sementara itu, Fajar B. Hirawan, Ketua Departemen Ekonomi CSIS, mengungkapkan bahwa ASEAN memiliki potensi besar. “Kalau kita bicara terkait investasi dan perdagangan nasional, saya rasa perdagangan dan investasi intra ASEAN itu sangat tinggi dan itu menjadi salah satu pijakan bahwa ASEAN memang kawasan yang memiliki potensi cukup besar,” ungkap Fajar.
(tar/wep)