Angka ini lebih baik ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan angka median proyeksi sebesar 5%.
“Kami memperkirakan ekonomi Indonesia akan berdaya tahan pada semester II-2023, meski menghadapi tantangan pelemahan ekonomi global,” tegas Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, dalam risetnya.
Pertumbuhan Ekonomi G-20
Ketahanan ekonomi Indonesia perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas. Seperti yang disebut IMF, ada latar belakang perlambatan ekonomi global. Oleh karena itu, pencapaian Indonesia patut mendapat apresiasi.
Menjadi menarik untuk melihat performa pertumbuhan ekonomi negara-negara utama penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar yang dalam G-20. Bagaimana posisi Indonesia di antara negara-negara kontributor 80% PDB dunia?
Berikut adalah pertumbuhan ekonomi negara-negara G-20:
Negara |
Pertumbuhan Ekonomi (%YoY) |
China |
6,3 |
India |
6,1 |
Indonesia |
5,17 |
Brasil |
4 |
Turki |
4 |
Meksiko |
3,7 |
Amerika Serikat (AS) |
2,6 |
Australia |
2,3 |
Kanada |
2,21 |
Belanda |
1,9 |
Spanyol |
1,8 |
Argentina |
1,3 |
Jepang |
1,3 |
Arab Saudi |
1,1 |
Prancis |
0,9 |
Korea Selatan |
0,9 |
Zona Euro |
0,6 |
Italia |
0,55 |
Afrika Selatan |
0,2 |
Inggris |
0,2 |
Jerman |
-0,2 |
Rusia |
-1,8 |
Sumber: Bloomberg
Adalah faktor domestik yang menjaga performa ekonomi Tanah Air. Pada kuartal II-2023, terdapat momentum Ramadan-Idul Fitri yang secara historis adalah puncak konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2023 tumbuh impresif 5,23%. Lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang 4,54% sekaligus jadi yang tertinggi sejak kuartal III-2022.
"Konsumsi tumbuh positif didorong oleh perayaan hari besar keagamaan dan pemberian Tunjangan Hari Raya serta gaji ke-13. Dorongan konsumsi rumah tangga tercermin dari peningkatan mobilitas masyarakat," jelas Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edy Mahmud.
Pada 30 Desember 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Akibatnya, mobilitas masyarakat sudah tidak ada hambatan lagi dan mudik lebaran bisa berlangsung normal seperti sebelum pandemi Covid-19.
Kementerian Perhubungan mencatat jumlah pemudik pada masa lebaran 2023 (1444 H) adalah 123,8 juta orang. Naik 14,2% dibandingkan 2022.
Mudik sendiri, demikian Edy, begitu signifikan dalam memberikan sumbangan terhadap PDB. Menurut kajian BPS, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 1,5 poin persentase secara yoy.
"Ini menggunakan analisis multiplier effect input-output," ujarnya.
Pada kuartal II-2023, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17%. Jadi andai tidak ada mudik, maka ekonomi hanya tumbuh 3,67%, tidak sampai 4%.
(aji)