Logo Bloomberg Technoz

Menanti Taji Jurus BI Genjot Kredit Lewat Suntikan Likuiditas

Mis Fransiska Dewi
10 August 2023 10:54

Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Stabilitas likuiditas perbankan nampaknya menjadi salah satu sorotan pemangku kebijakan untuk menjaga sistem keuangan di Tanah Air. Kendati sampai dengan Juli 2023 ketahanan perbankan masih dipandang kuat, Bank Indonesia (BI) tetap mengeluarkan sederet bauran kebijakan agar likuiditas tetap terjaga.

Insentif tersebut berupa pengurangan kewajiban setoran giro wajib minimum atau GWM. GWM merupakan giro rupiah yang wajib disimpan perbankan di BI.  Total insentif likuiditas yang  diberikan kepada perbankan akan naik dari saat ini sebesar 2,8% menjadi 4% pada Oktober 2023.

Melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makropidensial (KLM) terbaru itu, BI memperkirakan akan ada tambahan likuiditas ke perbankan mencapai Rp50 triliun. Tambahan likuiditas tersebut merupakan penambahan dari KLM tahap tiga sebesar Rp 108,4 triliun. Dengan demikian, total tambahan likuiditas perbankan akan mencapai Rp158,6 triliun. 

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M Juhro mengatakan, penambahan likuiditas tersebut bertujuan untuk memberikan perbankan amunisi tambahan untuk menggenjot penyaluran kredit. BI berekspektasi penyaluran kredit akan tumbuh sekitar 0,6% - 0,7% dari suntikan insentif tadi.

“Insentif dari sisi penawaran akan berhasil jika didorong dari sisi permintaan. Maka dari itu harus ada sinergi dari BI dan lembaga terkait untuk memfasilitasi peningkatan permintaan. Jika sisi permintaan dimanfaatkan dengan baik, penyaluran kredit akan tumbuh dan mendorong perekonomian,” kata Solikon dikutip Kamis (10/8).