Sementara Indeks Harga Produsen juga turun untuk kesepuluh kalinya secara berturut-turut, dengan kontraksi sebesar 4,4% pada Juli dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini merupakan kali pertama IHK dan produsen sama-sama mengalami kontraksi sejak November 2020.
Sementara itu tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) yang turun 4,4% pada Juli, lebih buruk dari ramalan pasar yaitu -4,1%, dan menyusul deflasi 5,4% pada bulan sebelumnya.
Ini adalah deflasi pada data PPI selama sepuluh bulan berturut-turut namun dengan laju paling kecil dalam tiga bulan terakhir, di tengah pelemahan permintaan dan penurunan harga komoditas.
“Sebelumnya, investor sudah merasa kecewa setelah data Neraca Perdagangan China memperlihatkan penurunan ekspor yang paling parah sejak awal pandemi lebih dari tiga tahun lalu, sementara impor juga anjlok akibat lemahnya permintaan dalam negeri,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari Korea Selatan, tingkat pengangguran tercatat naik menjadi 2,8% pada Juli dari 2,6% pada bulan sebelumnya, dan berada di atas ekspektasi pasar yang sebesar 2,5%. Ini menandakan kenaikan selama dua bulan berturut-turut dan merupakan tingkat pengangguran tertinggi sejak Januari.
Dari dalam negeri, data ekonomi kembali menunjukan kondisi yang solid terutama dalam hal konsumsi.
Penjualan ritel Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan positif pada Juni, setelah bulan sebelumnya mengalami pertumbuhan yang negatif. Kemudian, data penjualan ritel pada Juli diperkirakan masih akan melanjutkan pertumbuhan.
Bank Indonesia (BI) memaparkan, penjualan ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juni tercatat 222,9. Tumbuh dengan kenaikan 7,9% dibandingkan periode yang sama pada 2022 (year-on-year/yoy), jauh membaik dibandingkan Mei yang turun 4,5% yoy.
"Peningkatan terjadi pada mayoritas kelompok dengan peningkatan tertinggi yaitu pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, diikuti Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Sub Kelompok Sandang," tulis BI.
Adapun untuk Juli, BI memperkirakan IPR ada pada raihan 212,7 mencetak pertumbuhan 6,3% yoy.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,09% ke 6.875 disertai dengan munculnya volume pembelian, namun penutupannya masih tertahan oleh MA-20.
“Pada skenario terbaiknya (label biru), posisi IHSG saat ini sedang berada di awal wave v dari wave (a) dari wave [iii] yang berarti selama IHSG masih mampu berada di atas 6.834 sebagai stoplossnya, maka IHSG masih berpeluang berbalik menguat untuk menguji 6.966-7.013,” kata Herditya dalam risetnya pada Kamis (10/8/2023).
Herditya juga memberikan catatan, apabila menembus 6.834 maka IHSG akan terkoreksi ke rentang 6.793-6.820 untuk membentuk wave iv dari wave (a) dari wave [iii].
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, AKRA, ASII, BBRI dan EXCL.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Selasa kemarin IHSG menguat 0,09% ke 6.875, dengan investor asing mencatatkan net buy sejumlah Rp798,78 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak dalam tren sideways pada hari ini, dengan support 6.830–6.780 dan resistance 6.900–6.950.
Dengan saham rekomendasinya ialah CPIN, BBNI, PGEO, MAPI, FILM dan MAPA.
(fad/ezr)