Mitsubishi berencana memproduksi dan memasarkan kendaraan listrik Minicab-MiEV di Indonesia. Perusahaan telah melakukan protek pilot dengan empat perusahaan, yakni PT Pos Indonesia, PT Haleyora Power, Gojek dan DHL Supply Chain Indonesia untuk menggunakan Minicab-MiEV secara komersial.
“Kami terbuka dan fleksibel atas strategi investasi yang dilakukan Mitsubishi. Tentu kami juga berharap akan lebih banyak investasi baterai listrik di Indonesia, karena demand akan terus meningkat serta mengarah pada tujuan ekspor,” imbuhnya.
Formula Insentif CBU
Agus menambahkan pemerintah juga telah menyiapkan beberapa kebijakan strategis yang probisnis untuk menggenjot kinerja industri otomotif. Dalam hal ini, impor mobil completely built up (CBU) akan dibebaskan dari bea masuk.
“Fasilitas ini diberikan kepada para investor yang ingin membangun pabriknya di Indonesia untuk memproduksi kendaraan listrik. Kami optimistis, apabila diterapkan bisa memacu investasi sekaligus juga meningkatkan minat penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri,” terangnya.
Saat ini, lanjutnya, formula insentif tersebut sedang digodok pemerintah. “Ada dua pendekatan, yakni jumlah impor CBU akan disesuaikan dengan nilai investasi, dan yang kedua adalah berbasis produksi,” sebut Agus.
Di sisi lain, Takao Kato mengatakan pangsa pasar Mitsubishi di Indonesia saat ini lebih besar daripada di Jepang. Dalam kaitan itu, perusahaan juga berencana mendiversifikasi produknya dengan mengeluarkan kendaraan jenis hybrid electric vehicle (HEV) atau plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), serta BEV untuk mendukung program netral karbon pada 2060.
Setelah 2023, kata Kato, Mitsubishi akan fokus memproduksi model mobil jenis xEV, tidak hanya untuk pasar Indonesia tetapi juga ekspor.
“Kami sudah restart produksi jenis pickup model L300 sejak April 2023, kemudian kami akan mengekspor Pajero Sport ke Australia pada Desember 2023, serta siap meluncurkan model SUV baru yang akan dilakukan di GIIAS 2023,” sebut Kato.
(wdh/wep)