Pada porsi terbesar terdapat Bank BNI dengan total pinjaman mencapai Rp7,52 triliun pada semester I-2023 atau 30 Juni 2023. Terbesar kedua ada Bank Mandiri, yang menggelontorkan dana pinjaman sebesar Rp4,55 triliun. Ketiga, Bank BRI sejumlah Rp7,52 triliun. Keempat, Bank BSI dengan tanggungan Rp2,03 triliun.
Sementara ada juga utang atas Sindikasi Modal Kerja. Pada pencatatan ini, Bank Mandiri menjadi pemberi dana pinjaman tertinggi pertama Rp3,39 triliun. Disusul oleh Bank BRI dengan sejumlah dana Rp1,19 triliun. Dan Bank BNI Rp312,86 miliar.
Tak hanya sampai di situ, tercatat utang entitas anak dan pihak ketiga yang ditanggung juga oleh Waskita. Dengan utang-utang tersebut Waskita juga meminjam uang kepada bank swasta hingga ke bank-bank daerah.
Adapun Bank BRI tercatat menggelontorkan dana tertinggi sebagai kredit investasi kepada entitas anak sejumlah Rp1,76 triliun. Bank BNI sejumlah Rp1,57 triliun. Kemudian Bank BTN mencapai Rp1,09 triliun,
Pada pihak ketiga, utang tertinggi yang ditanggung Waskita kepada Bank BTPN Rp2,27 triliun, Bank Pan Indonesia Rp1,93 triliun, Bank of China Rp1,14 triliun, hingga utang ke Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten mencapai Rp998,22 miliar dan Bank DKI Rp235 miliar.
Jika ditotal secara keseluruhan, utang bank yang diderita Waskita mencapai angka Rp46,14 triliun. Utang-utang tersebut dari berbagai bank, termasuk bank BUMN, bank swasta hingga bank daerah sudah melebihi setengah porsi dari total liabilitas Waskita pada semester I-2023.
Walaupun terjadi penundaan pembayaran bunga dan dan pokok terhadap utang tersebut yang tengah terjadi oleh Waskita. Tim research RHB Sekuritas menilai dampaknya terhadap kinerja keuangan bank-bank BUMN itu hanya bersifat minimal.
“Kami melihat penurunan kualitas aset dari utang perusahaan konstruksi BUMN memiliki dampak yang minim ke sektor perbankan karena perbankan telah meningkatkan biaya provisi, yang terlihat dari kenaikan rasio Loan-Loss-Coverage (LLC),” papar tim research RHB Sekuritas.
Selain itu, pulihnya aktivitas ekonomi membuat kualitas aset perbankan membaik. Risiko dari penurunan marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) hanya akan terbatas. Mayoritas utang perusahaan BUMN yang gagal bayar, seperti salah satunya Waskita telah direstrukturisasi dalam beberapa tahun terakhir dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari rata-rata.
(fad/aji)