Logo Bloomberg Technoz

Mengacu pada CME Fedwatch, para pedagang di pasar menurunkan ekspektasi kenaikan bunga acuan AS di sisa tahun ini. Jerome Powell dan kawan-kawan diperkirakan akan menahan bunga acuan dalam Federal Open Meeting Committe (FOMC) September nanti di level saat ini 5,5% dengan probabilitas 86,5%. 

Berturut-turut pada FOMC November dan Desember, pelaku pasar cenderung meyakini the Fed akan kembali menahan bunga acuan di level sekarang dengan probabilitas 67% dan 60,5%.

Sementara, peluang kenaikan lagi FFR sebesar 25 bps pada sisa tahun ini, semakin kecil berturut-turut sebesar 13,5%, 30% dan 25,3% untuk FOMC September, November dan Desember.

Presiden Federal Reserve Philadelphia Patrick Harker menyatakan bank sentral mungkin dapat menghentikan kenaikan bunga acuan terkecuali ada kejutan dalam perekonomian, kendati level bunga tinggi saat ini perlu dipertahankan selama beberapa waktu ke depan.

Harker menyatakan bahwa "mungkin tahun depan, kami akan memulai penurunan bunga acuan". Sementara pejabat the Fed di Richmond Thomas Barkin berpendapat, terlalu dini untuk mengatakan apakah kenaikan bunga acuan pada September akan menjadi langkah yang tepat, seperti diwartakan oleh Bloomberg News.

Sebelumnya, Presiden Federal Reserve New York John Williams dalam wawancara dengan New York Times, menyatakan bahwa kenaikan bunga acuan 25 bps pada semester II-2023 sudah tidak dibutuhkan. Williams bahkan mulai mendorong pejabat the Fed untuk segera memulai siklus pemangkasan suku bunga, awal tahun depan.  

Berbagai sinyal dovish yang terlontar dari beberapa pejabat the Fed itu memberi harapan bagi meredanya tekanan di pasar baik di pasar surat utang maupun saham.

Tantangan Pertumbuhan Ekonomi

Di mata sebagian analis, sinyal dovish yang mulai kencang dari the Fed bisa memberikan penguatan bagi Bank Indonesia untuk percaya diri memulai siklus pemangkasan bunga acuan BI7DRR, demi membantu perekonomian domestik tetap tumbuh setelah berakhirnya momentum Lebaran yang berhasil mendorong konsumsi pada kuartal II-2023.

"BI perlu memulai siklus pemangkasan suku bunga untuk mempertahankan potensi upside di pasar obligasi domestik demi menjaga momentum arus masuk modal asing," kata Lionel.

Pasar SUN mulai membaik dua hari terakhir dengan yield INDOGB 10 tahun tergerus tipis ke kisaran 6,335%. Posisi kepemilikan asing di SBN sampai data terakhir 7 Agustus lalu adalah sebesar Rp855,75 triliun.

Dalam lelang SUN kemarin, investor asing mencatat nilai penawaran masuk sebesar Rp4,5 triliun dari total incoming bids tercatat di lelang mencapai Rp32,54 triliun.

Di sisi lain, tantangan pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini yang akan banyak menyandarkan pada dorongan belanja Pemilu 2024 untuk mendongkrak konsumsi domestik, dinilai belum memadai dalam mengimbangi risiko pelemahan akibat kejatuhan kinerja ekspor. 

Pada kuartal lalu, konsumsi rumah tangga tumbuh impresif 5,23%, tertinggi sejak kuartal II-2021 terdorong oleh aktivitas mudik Lebaran 2023 dan belanja masyarakat pada perayaan hari besar juga libur sekolah. 

Mudik, misalnya, menurut hitungan Badan Pusat Statistik, membawa dampak 1,5 poin persentase secara tahunan pada pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, tanpa aktivitas mudik Lebaran pada April lalu, pertumbuhan ekonomi RI kemungkinan hanya tumbuh 3,67%.

Dengan ketiadaan perayaan lagi di sisa tahun ini, praktis konsumsi rumah tangga akan banyak bergantung pada belanja seputar Pemilu 2024. 

Keyakinan konsumen pada Juli juga mencatat pelemahan dengan kecenderungan masyarakat mengurangi porsi pendapatan untuk konsumsi serta menambah porsi tabungan terutama di kalangan dengan tingkat pengeluaran Rp2,1 juta sampai Rp3 juta dan Rp4,1 juta hingga Rp5 juta per bulan.

Penurunan keyakinan konsumen tersebut kemungkinan akibat terus melemahnya permintaan ekspor terutama komoditas ditambah berakhirnya pesta harga komoditas global. 

Rupiah Masih Berat

Akan tetapi, kepercayaan diri Bank Indonesia akan berhadapan dengan rupiah yang masih gentar tertekan berbagai sentimen eksternal juga risiko keketatan likuiditas valas domestik.

Kenaikan tipis nilai cadangan devisa Juli lalu dibayangi masih ketatnya kondisi likuiditas valas domestik terlihat dari massifnya nilai operasi moneter FX swap Bank Indonesia yang menembus angka hampir Rp50 triliun selama Juli saja.

Pada saat yang sama, pemberlakuan aturan repatriasi devisa hasil ekspor mulai 1 Agustus sampai saat ini terlihat masih belum mendapatkan sambutan hangat dari eksportir. Dalam empat kali gelar lelang term deposit valas DHE, nilai penawaran yang masuk masih sangat kecil. Terakhir, lelang digelar pada 8 Agustus kemarin tanpa menghasilkan nilai penawaran masuk.

Rupiah membutuhkan sokongan dari dalam negeri ketika ketidakpastian masih cukup tinggi ditambah pelemahan ekonomi China yang membebani pergerakan valuta Asia.

Buruknya kinerja perdagangan China selama tiga bulan berturut-turut memicu spekulasi bahwa bank sentral Tiongkok, PBOC, akan memangkas bunga acuan lagi untuk mencegah pelemahan ekonomi lebih lanjut. 

Alhasil, yuan China terdepresiasi dan menyeret valuta Asia lain termasuk rupiah hingga terperosok ke level terlemah dalam lima bulan terakhir.

Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson menilai, dengan capaian pertumbuhan cukup impresif pada kuartal II lalu ditambah rupiah yang masih rentan, Bank Indonesia kemungkinan belum akan menurunkan bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur Agustus ini.

(rui)

No more pages