Logo Bloomberg Technoz

Kontraksi itu lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya yang -12,4% yoy. Juga lebih dalam dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan penurunan 12,5% yoy.

Di sisi lain, impor China turun 12,4% yoy, kontraksi terdalam sejak Januari. Lebih parah dibandingkan bulan sebelumnya yang turun 6,8% yoy dan jauh dibandingkan konsensus pasar dengan perkiraan kontraksi 5% yoy.

“Penurunan impor adalah cerminan dari lemahnya permintaan domestik. Secara umum, pertumbuhan konsumsi dan investasi di China mungkin masih akan tetap lemah,” tegas Zhang Zhiwei, Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management Ltd, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Analisis Teknikal

Apa yang terjadi di China sangat mempengaruhi harga tembaga. Pasalnya, China adalah konsumen tembaga terbesar di dunia. Tahun lalu, China mengonsumsi 55% dari pasokan tembaga global.

Saat permintaan China lesu, tidak heran harga tembaga ikut terseret ke zona merah.

Secara teknikal, sepertinya gerak harga tembaga akan relatif terbatas. Dalam waktu dekat, harga akan berkutat di level US$ 8.500/ton.

Harga tembaga saat ini sedang menguji titik support US$ 8.406/ton. Jika sudah sampai di sana, maka ada kemungkinan rebound menuju US$ 8.536/ton.

Akan tetapi, itu sepertinya akan menjadi puncak. Harga tembaga kemudian bisa terkoreksi lagi menuju US$ 8.506/ton.

(aji)

No more pages