Harga emas ditopang oleh support yang kuat di US$ 1.897,3/ons. Oleh karena itu, risiko koreksi signifikan dalam waktu dekat relatif kecl.
Efek Kebijakan Moneter
Joe Cavatoni, Market Strategist di World Gold Council, menyebut bahwa ada 2 faktor yang akan mempengaruhi harga emas tahun ini. Pertama adalah arah kebijakan moneter ketat yang membuat aset-aset berisiko menjadi kurang menarik. Ini menjadi sentimen positif bagi harga emas.
“Ada opportunity cost, bagaimana investor memperlakukan aset-aset berisiko. Ini menjadi momen positif untuk emas,” kata Cavatoni, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Kedua, ada kecenderungan kebijakan moneter ketat sudah membuahkan hasil. Inflasi mulai melandai, aktivitas ekonomi mulai melambat.
“Saat bank sentral berhasil membuat ekonomi mendingin, kebijakan moneter akan dilonggarkan. Ini membuat aset-aset berisiko menjadi kembali menarik,” sambung Cavatoni.
Oleh karena itu, Cavatoni menilai harga emas sulit bertahan di level tinggi (katakanlah US$ 2.000/ons) dalam waktu lama. Ini karena investor, terutama yang besar seperti lembaga keuangan, belum berani masuk ke pasar emas.
“Harga emas saat ini lebih ditopang oleh pembelian bank sentral. Tren seperti ini sudah terjadi cukup lama,” sebutnya.
(aji)