The Fed Mulai Dovish, Namun Rupiah Masih Dibebani Sentimen China
Ruisa Khoiriyah
09 August 2023 08:20
Bloomberg Technoz, Jakarta - Mata uang Indonesia rupiah sepertinya belum bisa lolos sepenuhnya dari tekanan yang membebani peluang penguatan kendati sinyal dovish mulai banyak dilempar oleh pejabat Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat.
Kejatuhan yuan China akibat kinerja perdagangan Negeri Panda yang semakin mempertegas pelemahan ekonomi negeri itu, memberatkan pamor valuta Asia termasuk rupiah. Para pelaku pasar global menunggu data inflasi China yang mungkin akan memberikan gambaran lebih jauh seberapa berat tantangan pemulihan perekonomian negeri dengan ukuran ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Dari dalam negeri, rupiah juga mendapat beban tambahan dari tingkat keyakinan konsumen yang melemah. Indeks Keyakinan Konsumen RI pada Juli yang dilaporkan turun setelah perekonomian RI berhasil mencatat pertumbuhan impresif pada kuartal II-2023 terdongkrak momen Lebaran dan libur sekolah. Hari ini, pasar akan menunggu konfirmasi data penjualan ritel yang akan dirilis oleh Bank Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi RI di sisa tahun ini akan banyak berharap pada dorongan konsumsi domestik dengan dorongan dari belanja seputar Pemilu 2024. Dengan tiadanya momen perayaan besar seperti Lebaran, ditambah kinerja ekspor yang terus turun, pertumbuhan ekonomi di sisa tahun akan menghadapi situasi lebih menantang.
Dari mancanegara, indeks dolar Amerika masih terlalu perkasa dengan mencatat penguatan dua hari berturut-turut. Sinyal dovish yang mulai terlontar dari pejabat Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, jelang rilis data inflasi CPI Amerika pada hari Kamis nanti, sedikit menurunkan ekspektasi kenaikan bunga the Fed di sisa tahun ini dan mungkin bisa mengurangi tekanan pada rupiah hari ini.