Waspada, Paparan Polusi Udara Bisa Ganggu Kognitif Anak
Pramesti Regita Cindy
09 August 2023 05:04
Bloomberg Technoz, Jakarta - Kondisi polusi udara yang terjadi terus-menerus jika terpapar pada anak bisa menyebabkan salah satu gejala gangguan kognitif bahkan menjadi awal dari terjadinya stunting. Hal tersebut disampaikan Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Agus Dwi Susanto.
“Jadi ternyata kalau anak-anak itu menghirup polutan setiap hari, ternyata diperkirakan 2 miliar anak di seluruh dunia terdampak akibat polusi udara yang berat, yang berdampak pada pertumbuhan, perkembangan termasuk gangguan kognitif,” kata Agus dalam diskusi IDI yang bertajuk “Potensi Penyakit Akibat Polusi Udara” yang diadakan daring via Zoom Meeting pada Selasa (8/8/2023).
Dia menjelaskan bahwa gejala ini dapat terjadi melalui jalur olfaktorius yakni sel reseptor indra penciuman atau jalur lainnya yang menembus ke otak. Hal ini menyebabkan peradangan sehingga menghasilkan neurodegeneration yang mana akan berdampak kepada kognitif anak-anak yang masih dalam masa tumbuh kembang.
Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) tersebut bahkan menyampaikan bahwa terdapat penelitian yang menjelaskan bahwa paparan polusi bisa mempengaruhi tingkat intelegensia serta intelektual anak. Hal ini bisa menjadi faktor berkurangnya tingkat kecerdasan pada anak.
“Berbagai riset menunjukkan peningkatan prefontal ini berkaitan dengan tingkat inteligensi dan intelektual yang lebih rendah pada anak-anak usia di bawah 2 tahun, pra-sekolah, maupun usia sekolah,” ujarnya.
Sementara terkait dengan penyakit stunting, polusi udara akan mengganggu jalan kerja oksigen pada organ sehingga terjadi kurangnya penyerapan oksigen. Hal ini menjadikan tumbuh kembang anak tidak optimal.
“Kalau kita lihat dampaknya itu terkait dengan polutan itu akan memberikan gangguan pada sistem sirkulasi di mana sistem sirkulasi itu membawa oksigen. Ketika sirkulasi terganggu oksigen yang dibawa akan jadi lebih rendah. Kalau dia jadi lebih rendah maka akan kekurangan oksigen, defisit minor jangka panjang maka akibatnya pertumbuhan akan jadi lebih lambat,” tambahnya.