Sejalan dengan kenaikan itu, beban pendanaan MTEL naik 28,63% secara tahunan menjadi Rp568,08 miliar pada semester satu tahun ini.
Meski mengalami kenaikan, pinjaman Mitratel masih terkendali. Ini membuka peluang perusahaan mencari dana baru untuk membiayai ekspansi anorganik berupa akuisisi 2.600 menara milik Telkomsel di tahun ini.
Selain itu, MTEL juga masih mengantongi uang cash senilai Rp3 triliun yang merupakan sisa dana hasil initial public offering (IPO).
“Kami sebenarnya masih memiliki ketersediaan dana Rp3 triliun dari IPO. Kemudian plafon di perbankan masih banyak, mungkin sekitar Rp5 triliun. Jadi kalau mau akuisisi, kami masih memiliki ketersediaan dana,” jelasnya.
Konsensus Bloomberg dari 22 analis menghasilkan target harga Rp916/saham untuk saham MTEL 12 bulan ke depan. Semua analis kompak merekomendasikan buy saham ini.
Sementara, rating idAAA untuk MTN dan AAA untuk perusahaan merupakan rating tertinggi dan bersifat investment grade. Outlook dari rating itu mencerminkan dominasi pasar Mitratel di industri menara telekomunikasi, visibilitas pendapatan yang kuat, serta profil keuangan yang sangat kuat, seperti dikutip dari keterangan Pefindo.
(dov/dhf)