“Seluruh kesiapan baik operasional maupun fasilitas stasiun terus KCIC persiapkan, salah satunya terkait stasiun. Nantinya saat stasiun mulai melayani penumpang maka dipastikan akses yang tersedia telah siap digunakan,” tegasnya.
Belakangan, KCJB —yang sebelumnya diagendakan akan soft launching pada 18 Agustus 2023– membetot perhatian publik setelah Wakil Menteri BUMN I Kartika Wirjoatmodjo mengutarakan kritiknya kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI terkait dengan pengerjaan proyek KCJB, yang melupakan pembangunan akses jalan dari stasiun Halim dan Karawang ke ruas jalan utama maupun jalan tol.
Dalam sebuah kesempatan pada Selasa (1/8/2023), pria yang akrab disapa Tiko itu bahkan menyebut kelalaian yang baru disadari pada November 2022 tersebut sebagai sebuah kesalahan “bodoh”. Walhasil, stasiun Karawang dan Padalarang berisiko mengalami keterlambatan operasional.
“Saya bilang [kepada PT KAI] gimana dahulu perencanaannya? Kok bisa kelewatan masalah jalan enggak ada. Baru sekarang mau dibangun,” tuturnya.
Di sisi lain, pakar transportasi menilai isu sarana penunjang akses KJCB tidak sekadar persoalan akses jalan dari dan ke stasiun-stasiun kereta cepat. Fasilitas kunci yang tidak tergarap dengan baik justru adalah transportasi pengumpan (feeder).
“Sebenarnya bukan akses ke jalan tol, tetapi yang lebih penting adalah akses jalan masuk menuju jalan raya dan ke rumah warga. Kalau di Stasiun Halim sih enggak masalah karena dia di kota, tetapi kalau Stasiun Karawang itu kan banyak perumahan di sana. Angkutan umumnya bagaimana? Masak naik-turun ojol [ojek online]? Di Stasiun Padalarang juga. Seharusnya ada feeder menuju Stasiun Bandung dan ke perumahan,” ujar Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno.
KCJB merupakan proyek strategis yang melibatkan pemerintah lewat BUMN dan konsorsium China. Keduanya membentuk KCIC dengan nilai proyek US$1,52 miliar berupa setoran modal. Sisanya US$4,55 miliar adalah pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Setoran modal ini merupakan hasil gabungan dari BUMN lewat PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebanyak US$911 juta. Gabungan tersebut beranggotakan PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Sementara itu, konsorsium China menyetor dana US$610 juta. Mereka beranggotakan China Railway Internasional Co Ltd, China Railway Group Limited, CRRC Corporation Sinyal and Communication Co, dan Sinohydro Corporation Limited
Dalam dokumen lanjutan, pemerintah melakukan penyertaan modal negara (PMN) kepada PT KAI sebesar Rp 3,2 triliun. Tujuan PMN adalah sebagai suntikan modal baru karena pembengkakan biaya proyek KCIC.
Pada April, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan China menyepakati pembengkakan biaya senilai US$1,2 miliar untuk proyek KCJB, dengan bunga pinjaman sebesar 4%.
(wdh)