Kejatuhan rupiah pagi ini tidak bisa dilepaskan dari semakin kuatnya perkiraan kenaikan bunga acuan Federal Reserve di sisa tahun ini. Indeks dolar AS melesat naik melanjutkan penguatan sejak kemarin ke level 102,24 pada pukul 9:14 WIB.
Pernyataan gamblang pejabat Federal Reserve yang menegaskan stance kebijakan bank sentral Amerika Serikat melanjutkan pengetatan moneter demi menjinakkan inflasi, memberi angin bagi dolar AS serta meruntuhkan valuta pasangannya.
Pada saat yang sama, pelaku pasar juga masih mewaspadai rilis data perdagangan China yang akan dipublikasikan hari ini. Pemodal global menanti seberapa meyakinkan kekuatan pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Penantian atas data China menahan pergerakan pemodal di pasar saham dengan indeks MSCI Asia Pasifik menuju level terendah sebulan terakhir sementara indeks saham di Hong Kong dan China terpuruk jatuh.
"Data perdagangan China hari ini diperkirakan akan memperlihatkan lebih lanjut kontraksi ekspor dan mata uang mungkin akan menjadi faktor di kala penguatan dolar AS menyeret kinerja pasar di kawasan Asia Utara," komentar Marvin Chen, analis Bloomberg Intelligence seperti dilansir Bloomberg News, Selasa hari ini.
Pelemahan rupiah pagi ini tidak sendiri. Mata uang ASEAN lain seperti baht Thailand juga melemah, disusul ringgit Malaysia dan won Korea yang semuanya tergerus nilainya melawan dolar Amerika.
FX swap melejit tinggi
Nilai cadangan devisa Indonesia bertambah pada Juli di tengah tekanan yang masih dihadapi oleh rupiah akibat sentimen eksternal arah bunga global yang melambungkan kekuatan dolar AS di seluruh dunia.
Akan tetapi, kenaikan posisi cadangan Juli itu tidak berarti tekanan terhadap rupiah telah mereda menyusul masih ketatnya likuiditas valas domestik yang bisa membebani gerak nilai tukar di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi di sisa tahun ini.
Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang berhasil menapak di 5,17% di tengah inflasi yang telah terkendali, Bank Indonesia sepertinya akan semakin meneguhkan stance kebijakannya untuk fokus menjaga stabilitas nilai tukar dengan mempertahankan bunga acuan di level saat ini sampai derajat ketidakpastian global dinilai mereda.
Kenaikan posisi cadangan devisa pada Juli sebesar US$200 juta menjadi US$137,7 miliar, terjadi kala kondisi likuiditas di pasar domestik sejatinya masih cukup ketat.
Bank Indonesia terlihat agresif menggelar operasi moneter sepanjang Juli menggunakan instrumen FX swap dalam nilai luar biasa besar agar suplai valas terbantu melonggar. Dengan kata lain, tanpa dukungan operasi moneter FX swap, tekanan pada cadangan devisa bulan lalu sebenarnya jauh lebih besar.
Berdasarkan data Bank Indonesia, operasi moneter FX swap BI selama Juli mencatat nilai penyerapan bersih hingga US$3,22 miliar, sekitar Rp48,59 triliun. Angka itu berasal dari angka masuk US$5,97 miliar dan angka keluar US$2,75 miliar. Angka itu adalah yang tertinggi sejak 2020, menurut catatan Bahana Sekuritas yang dirilis Senin (7/8/2023).
FX swap adalah salah satu bentuk operasi moneter bank sentral untuk mengelola likuiditas valas dan rupiah. Dengan instrumen FX swap, bank yang memiliki kelebihan likuiditas dolar AS bisa menukarkannya dengan rupiah dalam jangka waktu tertentu.
FX swap memang menjadi bagian dari upaya Bank Indonesia membentengi tekanan pada rupiah agar stabilitas nilai tukar dapat dipertahankan lebih langgeng. Selain instrumen swap, BI juga menjaga rupiah dengan operation twist, intervensi langsung di pasar spot dan pasar NDF dan terakhir yaitu menjalankan lelang term deposit valas devisa hasil ekspor.
(rui)