Deklarasi paket komplet dinilai akan menggerakkan sumber daya pemenangan baik dari partai maupun relawan dan dia berharap Anies maupun partai di koalisi bisa memahami hal tersebut.
Sementara juru bicara PKS Muhammad Kholid juga menilai lebih baik agar pengumuman cawapres tak dilakukan last minute 'menjelang pendaftaran capres' karena akan menimbulkan ketidakpastian bagi koalisi dan partai serta calon presiden sendiri.
Muhammad juga merujuk pada Tim 8 yang ditugaskan untuk membahas nama-nama yang akan diputuskan mendampingi Anies Baswedan, sehingga tidak ada alasan penundaan pengumuman cawapres itu.
"Saya kira, sejak deklarasi capres hingga saat ini sudah lebih dari 6 bulan proses pencarian cawapres. Saya kira waktu 6 bulan itu cukup untuk melakukan kajian dan pembahasan di internal koalisi," kata Muhammad Kholid saat dimintai tanggapannya.
KPU menetapkan pendaftaran capres-cawapres akan dimulai pada Oktober-November 2023 mendatang dan hari pencoblosan dilakukan pada 14 Februari 2024.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai isu cawapres di Koalisi Perubahan yang tak kunjung selesai ini menunjukkan bahwa koalisi tersebut masih rapuh.
"Yang jelas dan yang pasti, saya sih melihatnya, berdasarkan analisis saya, NasDem ini sudah mengusung Anies sebagai capres artinya Anies merujuk NasDem walaupun bukan (harus) kader NasDem," kata Ujang, Selasa pagi (8/8/2023), merujuk pada kemungkinan Anies memilih cawapres yang diajukan Nasdem.
Dia mengatakan meski pecalonan Anies maju di pilpres bisa gagal tanpa dukungan PKS dan Demokrat, hal itu tidak akan terjadi karena kecil kemungkinan dua partai itu hengkang dari koalisi kecuali sudah benar-benar tak bisa dikompromikan.
"Mungkin ya (hengkang) mungkin tidak. Tapi probabilitasnya kecil. Karena kalau hengkang, pertama, Anies enggak bisa jadi capres. Selesai, hancur KPP itu dan pecah. Ya politik serba mungkin, serba bisa, tapi kemungkinannya kecil," lanjut pendiri Indonesia Political Review (IPR) tersebut.
(ezr)