Nilai tukar rupiah juga menghadapi kenyataan bahwa kenaikan tipis cadangan devisa RI bulan lalu tidak berarti tekanan likuiditas valas berakhir. Likuiditas valas di pasar masih cukup ketat sehingga mendorong Bank Indonesia agresif menggelar operasi moneter memakai instrumen FX swap senilai US$3,22 miliar pada Juli saja.
Itu yang 'menolong' posisi cadev pada Juli sehingga tidak semakin tergerus dan berhasil mencatat kenaikan tipis menjadi US$137,7 miliar, naik US$200 juta dibanding Juni dan mengakhiri serial penurunan selama empat bulan berturut-turut sebelumnya.
Pada perdagangan di pasar spot kemarin, pasangan USD/IDR ditutup menguat 15 bps dan membawa nilai tukar rupiah melemah ke Rp15.185/US$.
Sementara kurs tengah Jakarta Interbank Dollar Spot Rate (JISDOR) Bank Indonesia ditutup lebih lemah dibanding posisi hari sebelumnya di level Rp15.178/US$.
Hari ini pemerintah juga melelang Surat Utang Negara dengan target indikatif Rp14 triliun dan nilai maksimal penyerapan Rp21 triliun.
Berkaca dari gelar lelang SBN seri syariah terakhir, animo pelaku pasar memang terlihat semakin turun. Namun, penurunan yield SUN kemarin setelah empat hari mencatat tren naik, mungkin memberi sinyal tipis bahwa animo pemodal mungkin kembali bangkit dan akan tecermin dalam lelang hari ini.
Dari kacamata teknikal, nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan dengan potensi koreksi terbatas di area Rp15.198-Rp15.221/US$ pada MA-200. Indikator tersebut menjadi support terkuat rupiah untuk menahan laju pelemahan lanjutan pada level Rp15.258/US$.
Sebaliknya, trendline garis ungu dan MA-100 menjadi resistance penguatan, tertahan pada level Rp15.155-Rp15.114/US$. Sementara, titik penguatan potensial selanjutnya ada di Rp15.007/US$.
-- dengan analisis teknikal M. Julian Fadli.
(rui)