Pencapaian ini lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,04% yoy. Sedangkan, konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg yang melibatkan 16 institusi menghasilkan angka median proyeksi 5% yoy.
Senada dengan kuartalan, pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) RI mencapai 3,86%, melebihi konsensus pasar 3,72%, dan mengalami perubahan dari pertumbuhan negatif 0,92% pada kuartal sebelumnya.
Pencapaian tersebut menjadikan ekspansi kuartalan terbesar sejak kuartal III-2020. Ini juga menandakan ekspansi ekonomi selama sembilan kuartal berturut-turut dengan laju yang paling cepat dalam tiga kuartal terakhir.
Data ekonomi ekspansif selanjutnya, Bank Indonesia (BI) mencatat Cadangan Devisa (Cadev) pada Juli 2023 sebesar US$137,7 miliar yang sebelumnya pada Juni 2023 sebesar US$137,5 miliar. Adapun secara bulanan, Cadev naik sekitar 0,1% yang didukung oleh penerimaan pajak dan jasa.
Ke depan, BI menatap dengan optimistis Cadev akan tetap memadai, didukung dengan stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, bersamaan dengan berbagai respon kebijakan dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.
Dari global, tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data pasar tenaga kerja Non-Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat yang terbit pada Jumat kemarin memperlihatkan laju perekrutan pegawai terus melambat, namun upah pekerja masih naik dengan laju yang lebih cepat dari ekspektasi.
Tercatat upah rata-rata per jam pekerja atau Average Hourly Earnings naik 0,4% mtm atau 4,4% yoy, lebih cepat dari ekspektasi kenaikan 0,3% mtm dan 4,2% yoy.
Meskipun pasar tenaga kerja yang kuat umumnya adalah sebuah tanda positif bagi ekonomi, Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mungkin melihat pertumbuhan upah yang tinggi justru akan memperbesar tekanan inflasi.
Adapun data NFP memperlihatkan ekonomi AS menciptakan 187.000 lapangan kerja pada Juli, terendah sejak Desember 2020, dan lebih rendah dari ekspektasi 200.000.
“Jika pasar tenaga kerja AS terus mengalami moderasi dalam beberapa bulan ke depan, tingkat inflasi akan melanjutkan penurunan dari puncaknya yang dicapai pertengahan tahun lalu,” kata tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pada Selasa, China dan Jepang akan mengumumkan data neraca perdagangan, sementara Australia akan merilis angka kepercayaan konsumen. Sejumlah data yang akan terbit tersebut jadi landasan investor selanjutnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup menguat 0,49% ke 6.886 disertai dengan volume pembelian, pergerakan IHSG pun masih cenderung sideways.
“Cermati area support terdekat IHSG di 6.834, apabila IHSG masih mampu berada di atas area tersebut, maka posisi IHSG saat ini sedang berada di awal wave v dari wave (a) dari wave [iii] pada label biru, sehingga IHSG masih cenderung uptrend untuk membentuk wave v ke rentang 6.966-7.013,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (8/8/2023).
Herditya juga memberikan catatan, apabila break 6.834 maka IHSG rawan melanjutkan koreksinya kembali ke rentang 6.793-6.820 untuk membentuk wave iv dari wave (a) dari wave [iii].
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, HRTA, MEDC, PGAS dan PNLF.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan Senin kemarin IHSG menguat 0,49% ke 6.886, dengan investor asing mencatatkan net buy sejumlah Rp700 miliar pada reguler market.
Dengan saham rekomendasinya ialah ASII, ACES, MEDC, CPIN, BIRD dan BBRI.
(fad/ezr)